Diary Keana

Tiba-tiba ada yang muncul di rak buku kamarku, sungguh tak masuk akal! Seekor kupu-kupu merah hinggap di sana, duduk terdiam, melipat kaki, membiarkan sayapnya terbuka sempurna di rak ke lima dari susunan paling bawah, meski aku sendiri tak tahu bagaimana cara kupu-kupu duduk. Di antara tumpukan buku, sambil sedikit merambat, ke enam kakinya menapaki Kisah-kisah Kecil & Ganjil.

Puisi Ilda Karwayu

glorifikasi gosip per-empuan nampaknya mengonsumsi terlalu banyak masalalu: memetakan tubuh lelaki sembari menunggu buruan dari mereka. untuk diramu 2021 permaduan kamu mencari aroma musim hujan dalam buah sirsak? mau kutambah dengan sirene perut sebelum berak? biasanya muncul jika telingaku mendengar riwayat tuan-tuan yang berkacak pinggang memamerkan cacat 2021 jenuh jauhijau taman kota jadi titik pembuangan rasa jenuh. sore ini sebelum […]

Cerpen Indonesia dalam Arena Sastra Pasca Perang

Kedudukan cerpen dalam arena sastra sebelum perang dianggap oleh berbagai pengarang–khususnya sastrawan pujangga baru–sebagai kerja sastra yang tidak cukup penting. Secara kausalitas, tema-tema cerpen yang diangkat dianggap stagnan dan hanya berkutat mengenai lelucon dengan tujuan untuk mengajak pembaca tertawa tanpa maksud lain. Terlebih saat itu, dominasi roman dan puisi masih terasa kental dan kuat. Tidak ada ruang bagi cerpen untuk bergerak leluasa.

Geguritan St. Sri Emyani

Senajan ketiga manggang jagad rat pramudita isih ana tuk netes nyegerake jiwa ngelih ngelak nalika ngunggahi harda mecaki laku lakon kang durung pana SANG PANGRIPTA Jiwa mabur methit mubeng kurep langit prasetyaning sukma ngronce ukara tama kekidung tembang edi luhung kababar tumangkar tekan tlatah bumi cengkar Wektu ukara ngrembaka surasa lungit nggendera angkasa raya perih tatu telenging kalbu wektu jangkahing […]

Kursi Kayu Penyair

DI hadapan kenangan, manusia selalu menjadi sesuatu yang pecah dan retak—dan barangkali hal itu juga terjadi pada diriku. Ah! betapa seharusnya aku memperkenalkan diriku terlebih dulu. Aku adalah sebuah kursi kayu, yang sangat sederhana. Sebuah kursi kayu yang menjadi teman duduk, dalam arti yang sesungguhnya, dari seorang lelaki—yang kutahu bekerja sebagai seorang penyair. Ialah yang memberi nama Aros.

Problematika Penulisan Sejarah Sastra dan Jebakan Kanonisasi

Beberapa waktu lalu jagat sastra Indonesia diramaikan dengan pro dan kontra pada sebuah rencana besar dari seorang sastrawan untuk menulis sebuah buku tentang 100 penyair Indonesia terkini. Tentu saja tulisan ini tak hendak ikut menyoal, apalagi jadi bagian pro atau kontra terhadap rencana ambisius itu. Esai ini hanya akan menakar problematika penulisan sejarah sastra dengan resiko jebakan kanonisasi di dalamnya.

Kyai Song: Relasi Sastra, Kearifan Lokal, dan Wisata Kasongan

Di tengah semakin merebaknya jumlah penyair perempuan di Indonesia, nama Umi Kulsum patut mendapat tempat tersendiri. Umi Kulsum (UK) sebagai penyair yang berkiprah di Yogyakarta dianggap penting. Buku kumpulan puisinya berjudul Lukisan Anonim, diterbitkan oleh penerbit Interlude, Yogyakarta, 2016, sangat tepat dijadikan materi kritik sastra yang terkait relasi sastra dengan kearifan lokal, pariwisata, dan ekonomi kreatif.

Tuan Gedibal

Melihat sepak terjangnya, meski tidak memiliki jabatan penting, Tuan Gedibal bukanlah orang sembarangan. Dia sanggup membegal peran dengan sangat jitu. Tuan Gedibal duduknya selalu dekat dengan pimpinan di ruang orang-orang terhormat.