Esai
Budi Darma, Cerita Pendek dan Novel

Budi Darma, Cerita Pendek dan Novel

“Pada waktu menulis Orang-Orang Bloomington, saya dalam keadaan total memencilkan diri dari pergaulan siapa pun,” pengakuan Budi Darma di jurnal Prosa, No 3, 2003. Sejak puluhan tahun lalu, ia memang tenar dengan buku terbitan Sinar Harapan berjudul Orang-Orang Bloomington (1980). Pada masa akhir, buku itu makin memoncerkan Budi Darma bagi para pembaca berbahasa Inggris. Terbitan edisi bahasa Inggris bakal diluncurkan di Amerika Serikat, 2022. Buku itu makin membawa Budi Darma ke negeri-negeri jauh meski telah berpamitan dari kita, 21 Agustus 2021.

Warisan cerita-cerita itu digenapi marah dan kecewa. Budi Darma (1980) marah dengan sejarah cerita pendek di Indonesia: “Kehidupan cerpen (cerita pendek) Indonesia memang pernah mengalami tradisi pemikiran yang keliru.” Ia mencatat keliru-keliru berdasarkan buku-buku terbitan Balai Pustaka. Cerpen terlalu lama diremehkan, kalah pamor dari roman. Konon, cerita pendek adalah bacaan untuk waktu luang, singkat tak perlu lama.

Seruan meralat disampaikan: “Pembaca yang benar-benar pembaca, tidak akan membaca cerpen sebagai pembunuh waktu luang sekitar seperempat jam sembari menunggu kereta api atau semacam itu.” Orang menganut ajaran bahwa cerita pendek adalah melulu bacaan sekali duduk bisa menjadi peremehan sebagai bacaan hiburan. Kecewa belum reda. Budi Darma mengingatkan: “Pengertian cerita pendek rupanya merupakan terjemahan harfiah dari cerita yang pendek, alias cerita yang tidak panjang. Sementara itu, kita melihat contoh-contoh cerpen yang tidak perlu benar-benar pendek, seperti yang ditulis oleh DH Lawrence, William Faulkner, Henry James, dan lain-lain.” Budi Darma bingung atau susah menemukan nama-nama pengarang di Indonesia diajukan sebagai contoh.

Budi Darma mula-mula memang gandrung cerpen. Pada saat masih murid SMP, ia kagum dengan cerita gubahan Anton Chekov. Ia membaca dalam edisi bahasa Inggris. Cerpen berpengaruh berjudul The Darling. Cerita terbaca saat remaja dan terbaca lagi saat menjadi mahasiswa memungkinkan rangsang penulisan novel berjudul Olenka. Budi Darma mengakui bila cerita gubahan Chekov terlalu berpengaruh dalam puluhan tahun membentuk diri sebagai pengarang.

Di majalah Matra edisi November 1994, Budi Darma mengingat peristiwa ingin menulis cerita pendek tapi malah berlanjut menjadi novel: “Saya membuka mesin tulis, kemudian menulis. Setelah menyelesaikan beberapa halaman saya berpikir, mungkin saya akan segera menyelesaikan sebuah cerpen. Ternyata saya tak bisa berhenti. Otak saya diserbu oleh desakan-desakan hebat untuk terus menulis, sampai-sampai waktu saya untuk kerpeluan lain banyak terampas. Maka selesailah novel Olenka, kalau tidak salah dalam waktu tiga minggu.” Pada 1983, novel itu diterbitkan oleh Balai Pustaka. Sebutan untuk buku adalah novel, bukan cerita pendek atau cerita panjang.

Budi Darma merampungkan penulisan cerita-cerita terbit menjadi Orang-Orang Bloomington. Ia pun menulis cerita menjadi novel berjudul Olenka. Gairah menulis selama ia kuliah dan tinggal di Amerika Serikat. Di negeri jauh, ia memberi persembahan besar bagi para pembaca sastra di Indonesia. Wahyudi Siswanto (2005) sebagai periset buku-buku Budi Darma memberi penjelasan: “Di kemudian hari, Budi Darma sadar, ternyata jalan pikirannya sama dengan jalan pikiran orang Amerika.” Pada 2022, orang-orang Amerika bakal membaca warisan pengarang pernah tinggal di Amerika dan keranjingan menulis cerita-cerita.

Diri sebagai penulis cerita pendek dan novel belum mencukupi. Budi Darma tampil sebagai pemikir atau kritikus. Di Taman Ismail Marzuki, 1982, Budi Darma berceramah: “Saya tidak mereplikasikan kehidupan saya sendiri ke dalam tokoh-tokoh saya. Tokoh-tokoh saya boleh aneh, sinting, dan kotor. Dunia cerpen dan novel saya boleh jungkir balik. Kehidupan tokoh-tokoh saya boleh gelap, gerai dan guram, akan tetapi saya tetap laki-laki putih. Saya menghargai etika, sopan santun, keagungan, dan keanggunan manusia.” Orang-orang membaca buku-buku Budi Darma dan publikasi cerita pendek di majalah. Penasaran tak rampung-rampung. Budi Darma menjawab dengan terbuka dan sederhana.

Pada 1983, Budi Darma membuat esai panjang, memberi pengumuman keras: “Novel Indonesia adalah Dunia Melodrama.” Budi Darma sebagai sosok lugu mengumbar “marah-marah” dalam sastra di Indonesia: “Novel Indonesia masih banyak mengantongi penyakit. Salah satu penyakitnya berupa tamparan-tamparan melodrama. Pembaca yang merasa tertampar bisa terpelanting, lalu menjadi tidak suka novel Indonesia. Sumber penyakit antara lain terletak pada tidak adanya kesempatan yang cukup bagi pengarang untuk memberi gairah hidup kepada novel mereka. Banyak novel Indonesia yang jatuh menjadi sekadar barang. Kerja pengarang menjadi kerja kerajinan tangan. Mereka menulis kalau ada waktu luang. Padahal waktu mereka punah termakan oleh seribu satu macam urusan lain yang tak ada hubungannya dengan kepengarangan.”

Pada masa 1980-an, Budi Darma menjadi pengarang tangguh dan berpengaruh. Ia tak selesai pada masa lalu. Pada abad XXI, ia terus menulis cerita pendek dimuat di Kompas dan Jawa Pos. Ia masih saja menjadi pikat bagi kesusastraan Indonesia bertambah daftar pengarang idaman dan buku-buku mumpuni. Budi Darma masih “kiblat” bagi para pengarang ingin mengetahui hal-hal pelik dalam sastra Indonesia, dari masa ke masa. Begitu. []


Penulis:

Bandung Mawardi. Kuncen di Bilik Literasi. Penulis buku Silih Berganti (2021), Tulisan dan Kehormatan (2021), Titik Membara (2021), dan Persembahan (2021). Tlp. 085647121744 , alamat: Blulukan I, RT 2 RW 4, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah 57174.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *