Apa Gunanya Menulis Puisi?

Saat seorang kawan bertanya, “apa gunanya menulis puisi?” Saya tentu tidak bisa menjawabnya secara langsung. Saya terkadang tidak mengerti mengapa pertanyaan itu dia ajukan kepada saya dan apakah itu pertanyaan yang benar-benar butuh jawaban atau sekadar mengharapkan respon lain dari saya. Kemungkinan-kemungkinan itu begitu liar di kepala saya.

Perempuan dan Puisi

Barangkali apa yang diungkapkan penyair Joko Pinurbo ada benarnya, jika menulis puisi merupakan sebuah ibadah. Sebagai ritual yang memerlukan kerja panjang, secara terus-menerus. Sebab kerja kepenyairan merupakan Langkah yang tanpa henti,  saat menempuh dunia sunyi itu. Ia sebagai penyair akan menempuhnya sendiri, mencari setiap diksi dalam puisinya, berkawan dan akrab kepada kata-kata.

Ambivalensi dan Absurditas dalam Kura-kura Berjanggut

PETUALANGAN mencekam sekaligus jenaka terhampar dalam novel Kura-kura Berjanggut karya Azhari Aiyub. Mengambil latar utama abad 16 dan 17, petualangan ini menyuguhkan gerombolan bajingan, bandit, bromocorah, pengkhianat, penjilat, bajak laut atau perompak, dan manusia licik lainnya dalam pusaran Kesultanan Lamuri. Tak pelak, ambivalensi muncul dalam Kura-kura Berjanggut yang menggurita pada tokoh-tokohnya.

Pertemuan Gerimis

INI pertemuan kita yang kedua puluh dan kata-katamu masih membuatku malu. Meskipun begitu, rasa senang pelan-pelan menyusup dalam rongga dadaku. “Kesal? Untuk apa? Bukankah aku milikmu?” Kukibaskan titik-titik gerimis yang kau cemburui agar kerut di keningmu segera pergi. Berhasil. Kau tertawa. Suara tawa itu agak tertahan. Khas, mengingatkanku pada suara tutup kaleng minuman soda saat dibuka. Mungkin karena aku sangat […]