Puisi
Puisi Fatur Rahman

Puisi Fatur Rahman

Dinda Jangan Marah-Marah

Kupu-kupu cokelat menukik masuk dalam mataku, sehabis menciumi kelopak bunga yang dibekukan debu-debu. Hujan panas tengah hari, telah melembapkan tubuh kota sementara. Jalan kembali disesaki roda dua yang penuh dengan beragam suara. Barangkali aku ingin membawa sejuk hulu kemari atau menampung mata air dengan dua telapak tangan dari pegunungan. Meredakan sejenak kota yang demam.

Kota yang dibangun dari serangkaian peristiwa. Tanah kering dan beton-beton berbau pesing. Awan putih dipulun asap dan kabut, wajah gunung kerap lenyap sewaktu siang. Bagai mimpi buruk yang meloncat keluar dari tempat tidur kita, Dinda.

Sepanjang jalan menuju kampusmu, pedagang menjaja replika bunga-bunga yang tak layu dari berbagai macam cuaca. Dan tepat pada hari ini, kau akan diwisuda. Aku bawakan setangkai bunga dari kampung kita, bunga dari tubir bukit yang sejuk. Bunga yang tak pernah dipaksa hidup di sela beton atau berpura-pura tidak membutuhkan tanah untuk tetap hidup.

Tentu bukan bunga replika di sepanjang jalan ini, tapi setangkai bunga dari kampung kita, kampung yang kerap membayang masa lalu kota.
Dengan ini, aku harap kau tak lagi marah-marah. Terimalah bunga pemberianku ini, sebagai tanda maaf sekalian kado wisuda.

Padang 2021


DARI GABI UNTUK KAKAK

pagi dan cahaya mata lampu. jalan dengan kelengangan yang lain membawa suara-suara dari kebisingan yang jauh. di kampung, angin meniup pelan daun jendela, membelai kulit membangkitkan remang, nyaring suara air dari selokan memenuhi keheningan.

kali ini, aku teringat dirimu yang jauh di kota. kakak. ketika embun menyelimuti debu-debu kota menjadi beku, sebelum benar kering dan pecah ke udara. kau tiba-tiba selalu ingin dirimu yang lama, memaksa kembali ke awal keberangkatan. umpama ingatan semacam cerita yang belum terselesaikan dari tempat yang sengaja kau tinggalkan, demi sebuah keinginan —gedung-gedung tinggi yang membosankan.

aku berdiri ketika pagi sedang menanggalkan kerudung hitam langit. tak ada bising kendaraan berdesakkan mencari jalan. juga dengan gumam yang menakuti-nakuti perihal keterlambatan. sebab di sini, hanya ada dendam pada mimpi-mimpi, terkubur dalam dengkur kota yang tak pernah sudah.

Padang 2021.

 

MENDENGAR LAGU

lagu lama dari kedai seberang. membawa masa silam dalam kesiur angin. maka hari ini, kubiarkan roh benar terlepas dari badan yang kini.

lengang melamunku dalam sunyi: mengunci segala gerak. mencabut lalu membawa roh mengunjungi hari ditinggalkan. di mana dulu magrib adalah penanda anak-anak pergi mengaji, mengenakan peci dan baju putih dengan dua saku yang berisi nukilan-nukilan cerita.

menjelang pergantian waktu menuju malam. aku ingin roh kembali sampai pada tubuh sehabis merawat masa lalu yang terbengkalai —semacam cerita yang tak kunjung selesai.

dari kedai seberang lagu terus berganti dengan beragam jenis musik. di sana, terlihat anak-anak selalu terikat pada colokan, bagai hewan peliharaan. sesekali mengibas dan menggonggongi kekalahan pada ponsel yang mereka pegang.

Padang 2021

 

HARI-HARI BERANJAK KOSONG

-Untuk Aska kecil

aska kecil seringkali meletakan kedua kakinya pada bahuku
dia riang, sebab belum mengerti perihal kematian.
yang ia tahu hanya mainan plastik dan binatang-binatang terbuat dari karet
atau patahan mainan yang menuntut takdir dan kesempurnaan.

jangan biarkan ia diam dan termenung
anak kecil umuran segitu tidak harus memikirkan hal berat.
ia terlepas dari dekapan ibu ketika berumur 2 tahun
sewaktu ia masih mengeja kata pertama
kata terbaik yang selalu ingin diucapkan; ibu.

aska kecil seringkali meletakan kedua kakinya pada bahuku
dia riang, sebab belum mengerti apa itu kematian.
jangan biarkan ia termangu dan terlentang
menatap ke atas pagu. sebab mungkin saja, ia sedang melihat wajah ibu.

setidaknya mengenalnya dalam pikiran.

2021

 

YANG LAHIR DARI KEMATIAN 

luapkan dendam beserta rindu bapak kepadaku. katanya
ibunya tuntas, di tempat di mana ia dilahirkan.
pembawa kematian, pembawa kematian
—kata-kata yang tak selesai diucapkan.
sedang hari depan hanyalah bersoal tentang sesal
kenapa ia harus dilahirkan atau mungkin diciptakan.
di tetes terakhir keringat ibu yang meruapkan kesedihan
langkah jam tertahan, tak ada kegembiraan dan sambutan
selain umpatan pada kematian. 

ibunya tuntas, di tempat di mana ia dilahirkan.
matanya ruang kosong yang penuh dengan air mata
menahan sabar, seolah telah menerima betul segala kata penyesalan. 

ibu meninggalkan dendam, lalu pergi begitu saja.
ah, bukankah manusia memang diciptakan dari sebuah kesalahan!
mana mungkin mereka mengerti tentang kebahagian dan kehilangan
yang barangkali hanya setipis kulit ari. 

seperti daun-daun kering yang berguguran
ia adalah daun muda yang baru tumbuh
belum begitu mengerti gejolak setiap musim. 

Padang 2021
 

ROH

Suatu hari nanti, roh akan menolak tubuhmu yang kini. Ia selalu saja ingin berontak untuk sebuah kebebasan. Memilih tetap tinggal di masa lalu, meninggalkan hari ini. Hidup dalam ingatan. Tanpa roh dalam tubuhmu, kau hanya sebuah rangka, tidak bergerak dan dapat berkarat.

Padang 2021

 

PRADUGA

sunyi dan detak jantung penuh kecemasan. subuh merangkak turun seperti berusia dua tahun.  tepat jam lima, nyaris berulang di waktu yang sama. tubuhku selalu ragu-ragu, menaiki sajadah menuju semburat langit abu-abu. jantung penuh debar usia, membayangkan yang tidak-tidak —sesuatu yang pasti, namun tidak dapat kupastikan— membawaku lebih sedikit ke depan, menebak-nebak yang akan datang. hingga subuh melulu menjadi gelanggang pertarungan antara yang batil dan kenyataan.

sedang kau mampu menerima segala dari kecemasanku. meski aku tidak pernah memikirkan cinta dan tabahnya hati-mu, selain selalu terjebak dalam pikiran dan bualan subuh yang membawa hening janji-janji-mu. menduga, terus menduga bahwa jarak adalah jalan penuh tikungan, sedang hubungan hanyalah sebuah gerbang yang selalu menunggu jadwal keberangkatan.

Bayang 2021


Penulis:

Fatur Rahman, lahir dan besar di Bayang. Pesisir selatan. Sumatera Barat. Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas. Kumpulan puisi dan tulisan lainnya dimuat di beberapa media cetak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *