Puisi
Puisi Ranang Aji SP

Puisi Ranang Aji SP

DI STASIUN

  1. Di STASIUN PERTAMA cahaya pendar temaram di luar, di pojok ruang, kelesuan bersandar,waktu berkelip orangorang merapatkan tangan, udara pecah oleh kipas, ruang duduk beku oleh penantian.
  2. Seorang turis membaca buku panduan dan peta tujuan, seperti Cerventes membekali Don Quixote dengan Rocinante menakluk jiwa, menyebar pencarian.Tas hitam menggelembung oleh bekal, tersandar di antara sandal.
  3. DI SATSIUN KEDUA curahan hujan adalah irama menggantung bergema dalam ruang jiwa seperti mantramantra berjatuhan, kegelisahah ketenangan menggerakkan kaki dan kepala, setiap orang mengalirkan takdirnya.
  4. DI STASIUN KETIGA bergegas harapan di setiap tapak suarasuara memandu menawarkan kesenangan kemudahan, di sebuah ruang setiap dahaga dihapuskan setiap keletihan dipulihkan, sementara.
  5. ADALAH DUNIA, setiap tujuan ditandai setiap tujuan menuju tanah impian, gerbang satu lubang, menganga cahaya menyilaukan. kaki-kaki bergegas menyeret kepenatan melawan kepasrahan menembus cahaya membutakan.
  6. DI STASIUN ke empat hujan adalah rahmat menumbuhkan biji-biji hasrat bertunas dalam rahim bumi, tumbuh perbedaan dan warnawarna, bercoretan pada dinding dan jalanan, sepasang kekasih bergandengan, dibingkai tawa.
  7. DI LUAR STASIUN, ada badai menyapu kotakota, orangorang teriak, orangorang menyentak, setiap tujuan menjadi acak ada sampai ada tidak. Sementara di pusat kota, para politisi bercengkerama tertawa dalam purapura.

DI KOTA-KOTA

Di kota-kota, setiap orang terkurung
Kecemasan dan gedunggedung
Samar pada tujuan kehidupan.

Di kota-kota, kegelisahan berdebu
Dan angin megingat daundaun
Menjelma sampah gunung.

Di kota-kota cahaya berkilat
Malam tak lagi lelap
Dan pagi menjadi silap.

Di kota-kota, orang tak lagi
Melihat batas cakrawala.

 

GADIS BEREKEPANG

Gadis berkepang kenakan selendang tadi malam
itu malam di tahun 1990-an.
Geraknya sipu menggemaskan
matanya malumalu memandang
seperti kerlip kunang di balik kelam berputaran
tanah becek dan bau jerami di pematang.

KOTA SOLO

 

setiap sudutnya adalah denyut jantungmu
jalanjalan teduh dan pohon-pohon mingkup
bentengbenteng kota dan kisahkisah lama
terapung dalam secangkir kopi
teraduk dalam ingatan
berputar…sampai terdengar…

suara sumbang bergetar
di mana kota kehilangan rasa
tapi selalu saja ada raja
di antara daundaun
berguguran
angin bersapaan.

SELIMUT MALAM

Semalam, kita merelakan udara tanpa irama
kesunyian yang terbata dan sangsi begitu menggoda.
tetapi, selembar kain tebal menghangatkan
meluluhkan sepi hati kita.

SAUNG SOTONG

Di saung sotong, satu meja angin menepis rambutmu
Ketika senja ragu dan bibir pantai melumat sendu,
langit kesumba.

“Kita tak tahu hendak kemana,” katamu ragu, seperti bau merlot yang

senyap dalam sekejap.
Angin kembali menyusup
dan pantai sesak oleh tawa yang sunyi.
Jauh dalam kisah perjalanan, tanganmu menandai
Sebuah jalan simpang sepi

Di sana, katamu,
hati ditinggalkan dalam safar.


Penulis:

Ranang Aji SP menulis fiksi dan nonfiksi. Tinggal di Magelang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *