Puisi
Puisi Joko Rabsodi

Puisi Joko Rabsodi

OBTURASI SEBELUM KE PENGHULU

Setali gelisah yang kau pukat pada buku catatan bertongkat diam
rindu cukup tua beserta sebundel catatan kaki yang kita pukas ikut renta tertata
buku harian semesti diasingkan malah bersekutu erat kedua buah bibirmu
kesepakatan meluhurkan birahi retas sebelum tanduk ijab disilakan
di muka penghulu

“kau menunggu apa dari suatu kegagalan
sakit sedalam neraka menjadi obituari kalender yang kita cerna
rabu pagi”

Kesangsian mendorong jari kakimu surut selangkah
seputar cemooh yang meram pada sepotong putih rambutku bertebar
khutbah famili tentang kelakianku ditafsir kurang ampuh
mendobrak pikiran terkait perkara masa depan nasib
tercantol janji untuk tidak menuai belih walau tubuh memilih sendiri

Perjalanan mungkin dihentikan sesuai keinginan yang kau pecahkan
penghulu harus disingkirkan ke dalam ego paling pendam
kematian baru terjadi tanpa ratapan nisan di lahan lapang

Di lain hati
aku tetap menunggu suatu kegagalan
mencabut kesangsian dari sendi-sendi tulang rusuk yang kumantapkan
dalam ruang tubuhmu
semoga ada jalan menuju lubang jarimu yang dirahasiakan
sehingga tercipta hening lalu mengangguk pedoman paling sederhana
nyatakan kesedihan; kembalilah pulang ke pangkuan kakiku
sebelum lidahmu iseng menyatakan tikai!

Madura, 10/05/22

SALAH ASUH

kembalikan aku ke muhammadiyah male orphanage

Mimpiku tak bisa membaca lelah tidurmu
sepanjang matahari lelap di alis bumi, aku hanya menyimak
kisah tuli dan menarik hela
debu kau tapa dalam darahku yang mengelak
pengakuan kapasitas anak menjadi taruhan siang-malam

Kau menyemangati sedap baju lebaran
beriring puji tercampak kepalan fitrih
namamu tersembunyi kumparan kain

Aku selalu terjaga
mereka-reka kampung halaman seindah purnama
anak-anak mendalami riupnya petak umpet
berteriak ketiadaan yang tak seutuhnya

Di rumahmu
bangunan setebal lengan
licin porselain yang tak menyimpan gelap
membuat patah semangat hidup kembali
kotor tangan kujambak menjadi sebilas album
di mana kampung yang kulebur adonan doa

tak terkendali menyublim mimpi tertawa

Di rumahmu
sepi anak-anak
castlevania symphony of the night
dragon hunters heroes legend
adalah ma’rifat mimpi yang sepi

Madura, 12/05/22

LIMA LUBANG AIRMATA IBU

Lewat lima lubang airmata
kurasai lurus jalan kaki menuju jumlah ajal yang ditakdirkan
seperangkat asih diikat wirid ibu penentu kemana kiprah niat terunduk
setiap tahap ia berpilah berpesan
–nak, jangan lupa menghitung rakaat tuhan, zikir pendek penumpang harap
akhirat ditandu setinggi taat, buatlah tuhan tersipu

tentu kepada rasul kirim surat cinta selembut-lembutnya—

Berbekal patahan kalimat darinya
kupangpang berkah semesta yang terurap khilafah
kutakjilkan rukun islam yang menyandera sejak awal
cokelat tasbih berputar sederas napas berangsur
rukuk-sujud melekap pada gelap berumbai

Titisan airmata yang dianju ibu pada kornea
merinai kotak-kotak tawar. dingin melembap doa teririh
lima airmata yang disumbatkan ibu di depan kerudung
menarik keyakinan cucuran itu tak bisa dibalas apa-apa
sodoran rupiah yang ditangkup ke lengkung jarinya
laksana secangkir air di tuang ke telaga
pantulan daftar  kata indah ke pusar telinga
sama halnya mengelap basah di sela embung ombak

Pantas abah zawawi mengurai tutur hidup
rumah paling kramat adalah rahim ibu
ia estafet hawa, pemegang kunci dunia-akhirat 
duka yang membuatnya bingung
melaharkan sedu anak sekitarnya
meski tak bermaksud menghujani orbit matahari dengan panas neraka

tuhan kadung berjanji airmata ibu bisa mematikan

Madura, 15/05/22


Penulis:

Joko Rabsodi, lahir di pamekasan-madura Santri yang mengabdi di SMA Negeri 4 Pamekasan, Madura. Menulis fiksi dan non fiksi. Buku non fiksi terbarunya “Kurikulum Modern ala Gus Dur”. Dapat disapa di Instagram @rinjoko atau surel: [email protected]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *