Puisi
Puisi Gigin Hilal Ahmadi

Puisi Gigin Hilal Ahmadi

pada suatu musim panen padi

padi kuning. sawah-sawah ompong.
tumpukan jerami. ayam-ayam sarapan pagi.
orang-orangan sawah bermain api. mengepulkan asap ke langit.

seekor anak ayam tersesat pada tumpukan abu jerami.
memanggil induknya.
tak tahu cara meneteskan air mata.

anak-anak pakai seragam.
lupa cara sekolah. tersesat pada ransel bergambar superhero.
angin sepoi-sepoi. ia ingin segera menerbangkan layang-layang.

“aku adalah layang-layang yang baru terbang kurang dari satu menit.
tubuhku tersangkut kabel listrik. apakah aku sudah mengecewakan?”

roda sepeda bergulir ke timur.
jalan beraspal rusak. padi dijemur di kanan-kiri jalan.
angin semakin sepoi-sepoi.

roda sepeda yang lain bergulir ke barat.
tumpukan jerami jangan dibakar lagi.
pohon-pohon kelapa menari-nari.

pohon padi menguning yang masih berdiri sudah minta dipanen.

“tebang aku beramai-ramai.
aku sudah lelah menari-nari.
jemur padiku. bakar jeramiku.
sungguh aku tak ingin menyesatkan anak ayam itu.”

penulis autobiografi

/I/
angelo sulaiman selalu bertanya pada dirinya sendiri.
apakah kisah hidupnya sudah layak ditulis menjadi sebuah buku dan dibaca khalayak?

II//

“apa aku sudah layak?”
“tapi aku hanya seekor kucing pesek yang hampir dibunuh wanita tua.”
“apa aku sudah layak?”
“tapi aku hanya kucing pesek yang suka buang hajat sembarangan.”
“apa aku sudah layak?”
“tapi aku hanya kucing pesek yang berhasil lari dari sekarat.”

/III/
mungkin kelak, di sebuah kelas menulis autobiografi.
angelo sulaiman tertidur pulas di bangku pojok paling belakang.

sepasang kekasih dalam mimpi angelo sulaiman

szario dan mythea adalah sepasang kekasih paling romantis di seantero surga.
sehingga membuat pasangan kekasih lain menjadi iri.
surga agak sedikit gaduh.

entah dengan tiba-tiba. atau sudah direncanakan secara matang.
entah hukuman. atau yang lainnya.
tuhan menurunkan mereka berdua ke tempat yang aneh.

szario dan mythea diturunkan ke dalam dimensi mimpi angelo sulaiman (kucing pesek).
celakanya. szario hidup dalam semesta mimpi angelo sulaiman pada hari senin, rabu dan jumat.sedangkan mythea hidup dalam semesta mimpi angelo sulaiman pada hari selasa, kamis dan sabtu.tuhan memisah pasangan kekasih paling romantis itu.
dan memberi angelo sulaiman libur bermimpi pada hari minggu.

menanam

hujan menanam pelangi di pekarangan rumah.
“semoga kau kelak tumbuh menjadi pelangi betina yang pemalu.
dan pelangi yang tidak mempunyai warna merah. amin.”
hujan menanam dengan riang. tak lupa berdoa.

ikan nila dalam lambung

yusuf tak punya kolam. akuarium apalagi.
pagi tadi beny memberi seekor nila betina yang semok berwarna merah jambu kepada yusuf.

yusuf bingung.
sudah seminggu ini, yusuf  lupa cara makan gara-gara kepalanya terbentur lututnya sendiri.
yusuf berniat mengisi penuh lambungnnya dengan air.
lalu memelihara ikan nila itu dalam lambungnya yang sunyi.

sepasang sepatu belel sophia latjuba

/1/
“aku sedih karena sophia tidak memakai kita lagi,” rengek si kiri.
matanya berkaca-kaca hampir pecah.
“apakah kita sudah terlalu jelek?” si kanan memandang kosong ke dalam mata si kiri.
“aku tak mau kita membusuk pada rak ini. dan bangkai kita dimakan tikus,” rengekan si kiri makin keras. kaca-kaca matanya pecah berbuarai air mata.

“mana mungkin ada tikus di rumah sophia ini?” si kanan malah menertawakan rengekan si kiri. 
sampai matanya berkaca-kaca.
langsung pecah berburai air mata.

/2/

suatu sore penuh degup jantung. dengan serampangan eva mengambil sepasang sepatu belel itu.
yang sudah berdebu bersarang laba-laba. ia berniat meminjam sepatu kesayangan ibunya tanpa izin. untuk berkencan bersama pacar barunya.

“aku akan tetap memakai kalian. meski kalian longgar dan agak sedikit basah.”
eva memandang sepasang sepatu belel itu dengan merdu.

/3/

entah dengan tiba-tiba atau sudah direncanakan.
sophia ingin pergi ngopi bersama teman-temannya.
ia merasa sudah kangen dengan sepasang sepatu belel kesayangannya.
yang sudah lama tak ia pakai.

“ya tuhan di mana si belel kesayanganku?” sophia sudah mencari ke segala penjuru rak.
tak ia temukan. air matanya berburai.


Penulis:

Gigin Hilal Ahmadi lahir di Kebumen, 7 Juli. Gemar menggambar dan menulis. Sekarang tinggal  di Surakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *