Puisi
Puisi Fatur Rahman

Puisi Fatur Rahman

Belajar Membaca

di ruangan ini kata-kata menolak menjadi kalimat dalam kepala
tiap abjad tidak mengenal satu sama lain hingga gugup dan terbata-bata.
aku tidak ingin selalu buta huruf
agar dapat melihat seluruh catatan-catatan peristiwa yang kau punya
sebab, aku cuma dapat mengingat-ingat dan sering gagal memaknai kata.

kau mengambil sebuah buku,
tanpa mengenalkan alfabet terlebih dahulu.
mengajariku membaca, menyebut kosa kata yang berulangkali
gagal kueja — aparat yang seringkali kubaca menjadi keparat.

kau seakan risau, dan terus memaksaku agar cepat pandai membaca
sebab, hari ini orang-orang suka ditangkap meski mereka tidak tahu apa-apa.

di ruangan ini kata-kata menolak menjadi kalimat dalam kepala
tiap abjad tidak mengenal satu sama lain hingga gugup dan terbata-bata.
bahasa akan menjadi keras, ketika buku tertutup begitu lama
dan suara dapat diredam setelah tersimpan dalam saku celana. katamu

Shadow 2022

Akhir Kata

kau dan aku akan berbalik ke asal
ke tempat kali pertama aku mengenal percakapan
atau sumpah-sumpah yang dulu dianggap cukup untuk dijanjikan.

kau tercipta berbarengan di saat tuhan
mengubah gumpalan darah menjadi tulang dan daging
dalam empat puluh malam dan satu tiupan.

ada janji yang pernah terucap dan disetujui
ketika pertanyaan demi pertanyaan
masih mudah untuk memberi jawaban.

kelak, tempat gelap dan sempit
yang pernah dilupakan akan kembali kita temukan
dan kiranya semakin dekat saja dengan tujuan
sekalipun rasanya tak pernah melakukan perjalanan.

kau dan aku akan berbalik ke asal
ke tempat terakhir kali kau kuucapkan
pada percakapan dan pertanyaan
yang suatu saat nanti susah memberi jawaban.

alastu birabbikum

Bayang 2022

Kepada Pohon Kota

masih ada sedikit hutan dalam tubuhku
bila esok kau perlu tempat berlindung dan bertahan hidup,
di mana kau masih dapat mendengar induk burung
mengajari anak-anaknya nyanyian pagi
dan bunyi ranting patah ketika waktunya tiba.

ada yang ingin bernapas jauh dalam tubuhku
dengan malu-malu. menghirup udara dan menyerap cahaya
sehabis takluk oleh godaan lampu-lampu kota
di mana bunga-bunga hanya mampu memimpikan musim semi.

masih ada sedikit hutan dalam tubuhku
ketika suatu saat nanti kau ingin kembali tumbuh
dan memeluk tubuhku dengan kuat akar-akarmu
tanpa harus memecah trotoar terlebih dahulu.

Padang 2022

KOTA

kota dibentuk dari pantulan cahaya gedung-gedung tinggi berdinding kaca,
kesibukan jalan raya, atau lepas tawa pekerja di hari libur tiba.
kota tidak sekadar debu-debu di pelupuk mata, panorama buram di langit siang,
udara panas seperti demam atau pelukan akar-akar memecah trotoar.

tapi kota kadang menjadi tempat
di mana orang-orang melenyapkan kampung halaman dalam ingatan
menggadai sawah atau ladang, melupakan hutan-hutan yang dibakar,
tanah-tanah hasil rampasan dan pohon-pohon yang ditanam paksa agar menjadi taman.

kota akan lebih baik ketika masih berada dalam pikiran.
melihat kota, melihat orang-orang terlantar dan mati sia-sia,
tanpa keluarga, tanpa tangis, kembang dan doa.

hantu-hantu meratap setelah kematiannya,
pusara-pusara di geser entah ke mana
seakan manusia tidak pernah memberi jeda
dan tempat aman untuk sembunyi dari derita.

Padang 2022

Mereka Yang Kalah

1/
doa seperti mata pisau yang seiring berjalannya waktu
akan terus terasah. doa tidak dapat melukai apabila
setiap rapalannya tidak dituntut untuk menjadi kenyataan.

2/
di atas ranjang
mereka terengah-engah memburu napas dan desah
sembari membayangkan langit-langit kamar
seperti hamparan ladang, tempat segala harapan
tumbuh dalam igauan.

dan jauh sebelum kau diciptakan atau dilahirkan
doa-doa baik telah mereka simpan sejak lama
agar nasib dapat dibetulkan.
dipersiapkan untuk dipakai di pangkal lehermu
yang akan membikin napas terjeda sewaktu-waktu.

3/
yang terlahir dari sepasang cinta
belum tentu tumbuh dengan bahagia

4/
dan mereka seperti kemaluan
yang bermimpi memiliki celana dalam
untuk menutupi ketelanjangan.

Bayang 2022


Penulis:

Fatur Rahman lahir dan besar di Bayang. Pesisir selatan. Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas. Bergiat di Rumah Baca Pelopor 19.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *