Puisi
Puisi Diego Alpadani

Puisi Diego Alpadani

Pinta Suami yang Kalah Judi
Istriku, jika saja lima kepala naga hijau
itu berleret menghardik lima papan
di putaran yang nakal, tentu periuk
kita telah dipenuhi koin melenting-
lenting. Meski aku tak pernah

paham tentang algoritma putaran
naga di hitungan keberapa. Namun,
adakah keinginanmu yang telah
lama tertunda karena satu kepala
naga hijau yang keluar selalu
terputus, istriku?

Andai saja besok atau lusa kepala
naga bersahabat dengan kita.
Kerongkonganmu akan terisi dengan
ketidakmungkinan yang selama ini
tak dapat kau bayangkan, istriku.

Rapallah doa tertulus untuk lima
kepala naga berderet di papan
jamuan itu, istriku.
Padang, 2021

Harap Istri pada Suami Pejudi
Suamiku, andai saja modal per-slot-an
itu kau alihkan ke seribu bibit
lele, selayaknya harapan akan lebih besar.

Kau acapkali salah ketika probabilitas
bergentanyangan di akalmu, suamiku.
Tak heran jika kesalahan adalah
ketetapan yang kau dapatkan.

Mana mungkin lima kepala naga hijau
bertengger di kelima papan itu, suamiku.
Sedang asal-asalan adalah rumus
terbaikmu. Dan keberuntungan semacam
harapan terbesarmu.

Maka dari itu suamiku,
perlekas saja pembelian seribu
bibit lele. Mari kita sama-sama
mengadu peruntungan dalam
perhitungan, suamiku.
Padang, 2021

Menata Kemungkinan
Tidaklah salah awan membuat kita
nyaris berciuman, sementara bujur sangkar
dan dua benua yang renggang menata ulang
Byzantium.

Sejak itu,
kita hanya bermain di tataran
seolah-olah, bolehkan aku memeluk
jenjang lehermu.

Kuda masih terus berpacu menuju
benteng yang selama ini tidak
pernah kita permasalahkan menata
ulang kemungkinan-kemungkinan bubuk
mesiu meletus di remang kamar. “Adakah kisah
yang lepas dari dua teluk yang hampir
bersenggama?”

Mereka menyebut nama tuhan,
berulang kali. Dan kita masih
terus berpelukan, seolah itu benar
terjadi.
Nanggalo, 2022

Itu
Jalanan akan berterimakasih kepada itu.

Aku duduk di trotoar memegang selembar
kertas yang menginfokan orang hilang.
Rusuh sudah berlalu, kau tak kunjung datang
di jalan yang pernah dijadikan batu loncatan
para pemimpin beberapa hari lalu.

Jalanan tidak pernah memberi tangis kepada itu.

Kau mencari bakso tusuk 50 perak di pinggir
jalan, tidak banyak saus dan tidak banyak lada.
Sesaat aku gembira, setidaknya sempat membayangkan
sebungkus bakso tusuk untukku.

Mobil melintas cepat
motor menyelip dahsyat.
Juru parkir meniup peluit, bukan
berarti usai sudah pertandingan hari ini.

Jalanan hanya ingin menundukkan kepala kepada itu.

Kita tertawa sebelum jalan tengah harus
di tinggalkan. Karena apa?
Tidak ada jawab untuk itu, juga tidak ada tanya
bandingan. Semua mulai sadar dengan ritme
jalan yang ngorok bersamaku menantimu.
Padang, 2022

Pak Haji
Pasar menjadi ladang paling segar
paling ranum, dan paling mantap untuk
membawa mentimun dari ladang.

Dan Pak Haji yang baik hati datang
ingin memantau siapa yang patut dijadikan
istri.

Pak Haji menanyakan harga bawang pada
Tek Lili yang sudah empat bulan ditinggal suami.

Pak Haji berjalan lagi, menanyakan harga
sekarung beras pada Mak Wo Cini yang anak gadisnya
baru saja tamat bangku SMA. Pak Haji sudah lama
ditinggal istri.

Pak Haji butuh rendang saat lebaran haji. Pak Haji
juga butuh kening yang harus dikecup setiap pagi.

Besoknya Pak Haji ke pasar lagi, dengan niat
yang paling suci hendak mengikhlaskan utang
Pak Sabri yang setiap hari menjajakan sapu lidi.
Pasar Nanggalo, 2022


Penulis:

Diego Alpadani saat ini memiliki hobi duduk di Lepau Wo Wat sambil meminum teh telur dan menikmati ota lapau.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *