
Puisi Rahem
Di Kanal Amsterdam
; Liga Hansa
Sebelum perdagangan itu
Kota ini menjerit, kota ini menangis
Sakramen Maha Kudus di Kalverstraat
Jadi jalan sunyi
Jadi tempat-tempat mati
Tak ada peziarah
Tangan-tangan Protestan lahir
Setelah Stille Omgang berdiri di bumi Amsterdam
Setelah tempat ini menaiki ketinggian
Tapi setelah itu
Setelah perdagangan itu
Tempat ini menyala, tempat ini berlumur cinta
Rumah Sirriyana, 2022
Tentang Ophelia
Di waktu yang tak tersentuh itu
Kau akan bertanya-tanya pada sebuah nasib
Tentang siapa, apa atau bagaimana
Tentang kisah
Atau takdir
Di sisi Tuhanmu
Ketidakmungkinan yang mencari kepercayaannya sendiri di jalan takdir
Atau cerita
Atau kasih sayang
Yang bertahun-tahun tertimbun
“Ini hanya tentang kepercayaan”, ucapmu
Dan kau akan terus bertanya-tanya pada sebuah nasib
Juga hari yang melesat di kepalamu
Akan selalu tertimbun seperti kematian
Banra’as, 2022
Setelah Mimpi Itu
Mimpi terbaik adalah mimpi kita
Dari malam ke malam
Waktu kekal di kediaman
Dan kita tak bisa keluar dari segala ingau
Tak ada kesedihan
Sebab di waktu itu, Sancho
Tak akan kubiarkan kau lepas
Dari segala pelukan, cinta yang abadi
Mimpi adalah pelukan malam di sebuah lelap
Setelah tidur
Setelah kau menatapnya dalam pelukan
Banra’as, 2022
Jin
Jin yang menyusup di kepalamu
Telah kulemparkan ke arah balkon
Ia terpejam dengan tubuh berlumur darah
Dan dengan wajah yang patah-patah
Tubuhmu lemas
Matamu sembab
Selepas ia meninggalkanmu di liang gelap
Banra’as, 2022
Aku Ingin, di Suatu Malam
;Sirriyana
Sebelum malam itu, kau bilang
“ sebentar lagi hari ulang tahunku
Apa yang ingin kau beri padaku?”
Aku ingin kau memberiku buket
Atau 5 serangkaian puisi yang tertuliskan namaku
Lalu kau tulis “selamat ulang tahun “ di akhir tulisan itu
Hanya itu
Tak banyak yang aku minta
Cukup kau harumkan aku seperti bunga
Apa kau mendengarku?
Banraas, 2022
Penulis:

Rahem, Kelahiran Sumenep, 20 April 1999. Alumni Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin. Ia aktif di Komunitas Anak Sastra Pesantren ( ASAP ). Mengelola Sanggar Sareyang Miftahul Ulum. Beberapa puisinya terbit di koran dan antologi bersama.