Puisi
Puisi Ilham Nuryadi Akbar

Puisi Ilham Nuryadi Akbar

Moyang Paling Keras

Bagi ibu, perjalanan setelah lahir adalah laut bening tak bertepi
sebab itulah ibu mencampakku di tengah ombak-ombak konkaf
untuk mahir berenang atau mustahil tenggelam,
sebab ibu hanya tak ingin, yang ia cinta menjadi karam.

Sekali waktu, aku menemukan pemikiran ibu
tertulis rapi di lembar-lembar buku tua
di mana ibu, menyuruhku memelihara ingin
dalam saku baju sekolah dalam bentuk rupiah
sebab ibu tahu, aku kerap berkidung lapar
rindu membeli sesuatu.

Kau tahu
bahwa nasihat ibu adalah moyang paling keras
sedang di antara ribuan harum yang pernah kuhidu
aroma tubuh ibu
mutlak jadi pemenang

Bekasi, 27 April 2023.

Perempuan

Dengan nada sumbang, acapkali ia menafsir luka di tubuhnya sendiri
menelisik kegilaan yang ia pikir tak mungkin bersisa
kian menenggelamkan dirinya dalam palung perasaan
sedang kaki dan tangannya yang terpasung pada lorong-lorong hari perayaan tangis
ia sadari sebagai hari tenang sebelum badai tiba.

Namun terkadang
lari dari apa yang membuatnya sakit
telah ia sumpahi sebagai perilaku haram
sebab hatinya lebih gemar memilih luka
demi puas merasakan sembuh.

Bekasi, 27 April 2023.

Elegi Kampung Halaman

Di pinggiran pesisir basah
para nelayan menghinggapi permukaan rumah-rumah ikan
memasung sisik dan cangkang
demi rindu yang kian berkelibang
dari lauk di balik tudung.

Jelang sore datang bertandang
nelayan pergi ke ladang-ladang
menjadi petani, menanam mimpi-mimpi
yang tumbuh sebagai bekal penangkal lapar
atau jimat yang menggusur aroma wirid ibu
selamat dari celaka upah palu.

Bekasi, 27 April 2023.

Namun Puisi Ini Bukan Tentang Mawar

dan pada mawar merekah yang kusirami setiap hari
aku menaruh harap hadirnya biru
meski sebenarnya aku tahu
harapanku adalah mustahil paling sempurna

Bekasi, 25 Mei 2023.

Demi Segala Tangis

Setelah berjanji kepada langit
aku berpura-pura lupa, pergi mengenangmu
di tengah derasnya hujan dengan segala tangis.

Hingga langit benar-benar murka
menurunkan kemarau
pada ladang yang hendak kugarap.

Bekasi, 25 Mei 2023.

Timpang

Pada akhirnya
dirimu tak mampu jadi penawar bagi segala racun
bibirmu yang sibuk menghidupkan doa-doa
namun perilakumu tampak keji
membunuh doa-doa itu sendiri.

Bekasi, 25 Mei 2023.


Penulis:

Ilham Nuryadi Akbar lahir di Banda Aceh dan saat ini sedang merantau di Kota Bekasi. Buku pertamanya diterbitkan oleh Alinea Medika Pustaka berjudul Kemarau Di Matamu Hujan Di Mataku. Puisi dan cerpen telah banyak terangkum pada beberapa media lokal dan nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *