Puisi
Puisi Jamaludin GmSas

Puisi Jamaludin GmSas

Suara yang Hilang

“Education is not an affair of ‘telling’ and being told,
but an active and constructive process”
(John Dewey)

Telinga mereka disulap seperti
air pusaran. Ada banyak yang
mesti dihisap ke dasar ingatan
yang sesak penuh hafalan.
Mereka lupa cara bertanya
apalagi menyampaikan tidak terima
yang rentan meretakkan wibawa.
Bibir-bibir memar
terbentur dinding besar.
Tangan-tangan terpotong
kemudian jatuh ke meja kolong.
Ketika seorang guru mempersilakan
mereka bersuara,
(sebenarnya) mereka ingin bertanya
kapan kebosanan bisa sirna,
tapi bibir-bibir malah milih diam sambil
mata-mata jelalatan ke bawah lantai
mencari tangan-tangan yang telah cerai.
“Sungguh melegakan bibir yang diam,”
kata seorang guru. “(Dirasa)
takada yang sia-sia
bagi ceramah panjang tanpa jeda,”
lanjutnya menafsir diam
adalah paham.

Al Ikhsan, 2023

Obituari Socrates

Sungai yang berjalan akan selalu
ngalir pada muara kebenaran.
Tapi kebenaran sungguh beda
bila ceruk kepentingan masih ada.
Yang terlihat bukan lagi prinsip
—melainkan aib.

Ia menanyakan segalanya.
Berjalan ke sana kemari
mengelilingi kota.

“Lebih baik dibungkam dengan racun
ketimbang mengikis kepuasan yang
selalu kurang dan tak pernah rampung,”
seru suara-suara dari balik gedung.

Hukuman dijatuhkan.
Tak ada yang bisa menukar
ketika kematian sudah
mengendus tenggorokan.

“Lalu siapa yang lebih benar
antara aku yang akan mati
atau kalian yang tetap di sini?”

Al Ikhsan, 2022

Pertanyaan

Mengapa dengan ketidakpahaman
saya tidak bisa bertanya?

Mengapa dengan tidak bertanya
saya dianggap paham?

Mengapa dengan bertanya
saya disangka curiga?

Mengapa dengan kecurigaan
saya jadi ingin bertanya?

Bolehkah saya menjawab,
saya tidak bisa menjawab?

Bisakah saya menjawab,
mengapa saya tidak bisa menjawab?

Al Ikhsan, 2022-2023

Di Atas Meja Kelas

Padahal sedang asyik-asyiknya,
tapi suara bel tetiba merambat
di dinding-dinding pelangi
dan merubahnya tak pelangi lagi
: waktunya telinga-telinga
bekerja lebih keras
dari sebelumnya.

Di atas meja,
banyak yang ingin
berubah jadi superman
: satu tangan lurus ke depan,
lalu terbang menuju
mimpi yang menyenangkan.
“Bangunkan aku
bila dunia sudah kembali lucu!”

Al Ikhsan, 2023

Menyusun LPJ

#1
Beli ini, beli itu;
pergi ke sana, pergi ke situ;
menyusun jadwal, survey tempat,
rapat, briefing, H min, H min, H
— nyaris setiap hari ada di sini,
memerhatikan angka-angka
menyulap tubuhnya sendiri.

#2
Akan dimulai dari mana?
Sepertinya tak ada yang ingat
dan mencoba selalu catat.
Anggap saja segalanya adalah
awal sekaligus akhir kegiatan,
kapan dan di mana pun bisa dijadikan
pendahuluan sekaligus penutup bagi
setumpuk laporan pertanggungjawaban.

“Adakah schedule yang berantakan
adalah salah satu rutinitas nenek moyang
yang harus dimasukkan dan dilestarikan?”

Dalam hal ini, kita harus jadi pintar,
sepintar orang yang ingin
berlama-lama di kamar mandi
sambil menggebyur-gebyurkan
air ke ruang sepi.

#3
Memikirkan apa yang ada
sering kali membuat gila.
Sekali-kali, pikirkan yang tak ada,
supaya bisa dengan sesuka hati
mencipta dunia yang lebih gila dari ini.

Al Ikhsan, 2022

Deadline

Seperti angka pada tanggalan,
terjebak diam
di lingkaran spidol hitam.

Rambut lupa disiram.
Perut telat makan.
Kabel-kabel bersilang
berantakan,
menyolok apapun
yang tak boleh padam.

“Apakah besok
masih
ada
besok lagi?”

Al Ikhsan, 2022

Dokumentasi Acara

/gambar 1/
Kerumunan manusia sedang
antre masuk dengan niat-niat yang
tak pernah bisa ditulis
meski oleh penulis
yang selalu mengasah hatinya
dengan menangis.

/gambar 2/
Seorang MC membuka mulutnya
di depan mikrofon sambil memegang
erat sekali kertas yang sepertinya berisi
panduan menuju jalan yang benar.
Dari gerak bibir itu ia seperti sedang
berusaha menjadi seorang ibu
yang melupakan sakitnya
demi membukakan jalan baru.

/gambar 3/
Ada banyak fokus
di tiap pasang mata
yang berbeda.

/gambar 4/
Satu orang berdiri
sambil mengacungkan jari.
Sepertinya ia sedang bertanya,
atau ia hanya iseng-iseng
supaya ditanya.

/gambar 5/
Potret 5 narasumber
: 1 narasumber sibuk tertawa;
4 narasumber sibuk tidak tertawa.

/gambar 6/
Puluhan panitia berbaris rapi
di belakang sendiri.
Dari matanya yang (tidak) kosong,
mereka seperti sedang mengawasi
: mungkin sedang menghitung
siapa saja yang hadir, atau
memastikan yang tidak hadir, atau
mencoba menghitung ulang yang hadir
meski sebenarnya tak hadir.

/gambar 7/
Seorang fotografer sedang
fokus berjuang menjadi
mata hitam yang menemukan.

Apa kabar mata putih yang
selalu menyembunyikan
banyak hal?

/gambar 8/
Seluruhnya mampang senyum
seperti ingin mengalahkan
corak indah desain banner
dan pernak-pernik panggung.
Semoga senyum mereka sudah
kembali dan tidak terjebak
di gambar ini.

Al Ikhsan, 2022


Penulis:

Jamaludin GmSas— adalah nama pena dari Jamaludin. Lahir di Pemalang, 20 Juli. Ia adalah mahasiswa pascasarjana UIN SAIZU Purwokerto sekaligus santri di Pondok Pesantren Al Ikhsan Beji, Banyumas. Laki-laki pecinta kopi ini puisi-puisinya tersiar di media cetak dan daring. Tersebar juga di beberapa antologi bersama. Ia juga pernah menjadi juara 2 pada Lomba Cipta Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Catatan Pena (2021). Facebook: Jamaludin GmSas. Instagram: @jamaludin-gmsas. Email: [email protected].

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *