Puisi
Puisi Dion Rahmat Prasetiawan

Puisi Dion Rahmat Prasetiawan

Tochtje Naar Oud-Batavia (1948)*

“ciliwung bawa hanyut aku,”
Kukenal kau di simpang distrik jalan kebayoran
bunga-bunga gugur
bertabur
petasan-petasan merah meletup di kelenteng
barongsai menari
bioscoop memutar cerita
trem melintas
membawa patahan-patahan tiang
yang terus berganti
pitung memainkan drama rayuan
“yok neng, abang gandeng.”
dan aku adalah
ondel-ondel bermain
sambil
melihat kau telah terpinang

2023

*perjalanan ke Batavia lama

Malam Sebelum Bolshelvick

malam pertama trostky berbicara
kepada kawannya yang bosan
berbicara sesuatu di langit tinggi
sembari mengelus
pinggangnya yang sakit encok
mancangkung
di kebun belakang rumah
setelah kami membangun unggun
sebelum salju
memadam
gelisah
“biarkan kita mati di sini kamerad.”
“jangan panggil aku itu,” ketusku
tentu saja, aku telah berhenti memikirkan
revolusi di petrograd
“di siberia, kamerad. sepi selalu tertawa.”

2023

 

Halo Selamat Pagi

puntung rokok tertawan di asbak kita
air kopi surut dalam cangkir
kotak rokok kosong yang menipu
kawan tak bicara tentang peristiwa
atau berita
tapi ia sibuk dengan ponselnya
yang dinantikan selama sebulan
“halo selamat pagi,
anda mendapat interview kerja hari ini.”

2023

 

Lampiran Nihilisme

aku sungguh
benci sama tuhan
yang tak pandai
meratakan kebahagiaan
pada ciptaannya sendiri
kau lihat, segala hal
tak pernah adil
juga
menurutmu salahkah
kalau saja
aku berbaik hati
menggantikan peran
tuhan?
pasti aku jamin
bikin engkau seratus kali
lebih bahagia
kututup saja segera memo ini dari ponselku

2023

 

Alur Kehidupan Anak Terminal Akan Selalu Menemukan Hal Yang Pasti

Saiji suka main playstation di pasar
kadang kala pergi mancing
kalau ibu bising bukan main.
Beli rokok pakai uang sobek lipat
Nyari teman yang rajin nyopet untuk
diancam kibus.
Meski kadang suka termenung
di pojokan
ia tahu kata-kata cinta di tembok
terminal
tak akan membagikan kebahagiaan padanya.

2023

 

Sinema

lalu dalam sinema itu
jutaan manusia menonton jiwa telanjang kita
di muka bumi sebagai aktor
masing-masing
sama-sama
menjadi
protagonis-antagonis
sebagai apa kita mau
sebagai anak-anak masa lalu
sebagai orang-orang tua masa depan
mungkin, hanya suka televisi yang lain
terlalu serius
mengamati berita berjalan di matanya
tanpa tragedi, tanpa suara, tanpa warna, dan tanpa cerita.

2023

 

Aforisme Buku Pertama

buku-buku pertama rampung
terbakar
dari selangkah abad demi abad
hingga
entah teks apalagi
yang bisa
ditulis oleh anak domba gila
yang memilih jalan lurus
lantaran lupa
untuk tersesat
menuju sebentang jurang
tak gamang
karena begitu banyak
kata-kata mati di sana
pun yang selamat
meminta pertolongan
melalui bahasa tak dimengerti

2023

 


Penulis:

Dion Rahmat Prasetiawan.  Pegiat sastra di komunitas Suku Seni Riau. Beberapa karyanya pernah dimuat di berbagai media cetak maupun media online.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *