Puisi Agus Widiey

Lagu Perpisahan

dan inilah satu-satunya lagu yang dapat didengarkan
saat orang-orang meratapi perpisahannya
ia dituliskan; tepat ketika bulan miring ke kanan
dan bayang-bayang uzlah dari keramaian.

—keinginan yang berubah bentuknya,
menyimpan masalu setiap detiknya—

barangkali, perpisahan lebih banyak dipertanyakan
ketimbang mempernyatakan kembali pertemuan pertama kali.
dan sepertinya setiap orang mesti bertanya;
mengapa setiap pertemuan dirayakan dengan perpisahan,_pada akhirnya.

Yogyakarta, 2024

Di Gulag, 1945
– aleksandr solzhenitsyn

di abad pucat itu,
ada yang meringkusmu.
karena surat pernyataan
yang kau tulis,
membikin joseph stalin,
(membacanya)
gemetar ketakutan.

kau pun dipenjara,
diampuni, diasingkan.
diampuni, dianut, dilupakan.
;di tanah kelahiranmu sendiri.

kemudian kau menulis
dengan premis melankolis
“kekuasaan yang tak terbatas
di tangan orang yang terbatas
selalu berujung pada kekejaman”

(karena kerja paksa adalah siksa,
kau pun mencari jalan sentosa)

di atas busuk jerami,
kau terbaring dengan mata kehilangan pejam.
di balik barikade kawat berduri,
kau melihat perempuan mampus ditikam.

Yogyakarta, 2023

 

Fragmen Sebuah Hujan

di sini,
baru saja aku melihat
bagaimana hujan tercipta
dari uap rindu yang ditahan hatimu.

air mata pun turun
membasahi kebun pipimu
dan panas-dingin menyatu
antara ruang dan waktu.

di setiap lubang
ada yang menggenang
seperti beberapa kenangan yang berenang
memandikan kisahnya yang tak dapat diulang.

sedang aku mengisahkan kenangan
dalam dirimu,
penuh seluruh waktu
sebelum masa lalu menjemput kita pada batas.

Yogyakarta, 2022

Ada Sebuah Jembatan

ada sebuah jembatan
tempat sepasang rindu dipulangkan
sebelum senja selesai di matamu.
dan ada juga laba-laba melata,
sambil melebarkan jaring-jaringnya
untuk menampung segala masa lalu
yang berasal dari zaman orde batu.

ada sebuah jembatan
ada sepasang kaki berjalan.
ada yang kehilangan sandal jepit
mamamu di sana terjepit, tanpa jerit.

Yogyakarta, 2023

Di Taman Eden

di taman ini,
sungai mengalir.
sunyi seakan bergetar.

ada adam, ada hawa.
adam-hawa tertawa.

basah membawa resah.
tapi mengapa;
bunga masih tak tercipta.

di taman ini,
aku menemukanmu
dan kau menemukanku
sebagai mitos, sebagai mimpi.

Yogyakarta, 2023

Lukisan Akhir Pekan
– imam yunni

pada lukisanmu yang kesekian
terselip cat dengan warna pucat
seperti gedung perencanaan
masa depan negara dan agama.

angin merapat ke retak dinding
darah dan sejarah masih berserakan
karena orde batu sulit dibanting.

tanganmu meraba kanvas
dan meringkas kesedihan
lewat gambaran suatu musim
dengan aliran panas-dingin.

jendela meratapi cuaca,
hujan gagal menyapa.
tapi lukisanmu
tak alpa
tiap akhir pekan
menarik mata
dari tidur
di hari libur.

Yogyakarta, 2023

Kepadamu, Ibu

i/
akankah masih bocor atap rumah kita, ibu

di sini, mataku terjaga dari lelap.
mengingat akan beberapa hal;
misal biaya hidup yang makin mahal
membuat jantungku kerap gatal
dan kepalaku menjauh dari lembut bantal.

bagaimana tidak,
jika dulu,
deru ombak
adalah nafasku
dan perahu waktu
yang kupercaya
akan membawa
pada masa depan
kini telah dihancurkan.

;yang tersisa hanya jernihnya asin air mata, ibu

ii/
masihkah tanah warisan itu milik kita, ibu

ketika bangunan di kota mulai pindah ke desaku
kulihat lorong yang sepi diterangi lampu.
maka matamu, anakku
harus siap menerima debu
sebab di balik peradaban
ada yang mesti ditinggalkan. bukan?

;lahan tak akan dialihkan ke lain tangan, anakku.

Yogyakarta, 2023

Burung dalam Kurung

pada sebuah kurung yang tak terbuka
ada sepasang burung berkicau dengan merdeka.
ia merasa beruntung meski terbatas untuk melihat dunia luas
sebab katanya, di luar sana kehidupan liar saling tindas-menindas.

ia merasa nyaman
tak merasa haus dan kelaparan
ia merasa aman
tak kekurangan makan dan minuman.

segala sepi bergegas pergi
karena ada pemuas berahi.

tapi halalkah ini semua, tuan?

Yogyakarta, 2023


Penulis:

Agus Widiey, Lahir di Batuputih 17 Mei. Menulis Puisi, Cerpen, Cernak. dan Resensi.
Tulisannya tersebar di pelbagai surat kabar. Pernah menjuarai lomba cipta puisi yang
diselenggarakan Majelis Sastra Bandung (2021).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *