Penerjemahan Sastra, Upaya Sinau, dan Urun yang Amat Berarti

Urun hasil terjemahan sastra amat berarti bagi perkembangan ekosistem sastra kita. Karya-karya sastra sekaliber peraih penghargaan nobel sastra dunia patut ditilik untuk sinau. Laku penerjemahan pun menjadi ikhtiar menimba kearifan di balik semesta sastra dunia agar khalayak dapat sinau dengan baik. Kerja-kerja mulia itu menuntut kesabaran dan mesti bersetia pada proses. Biar bagaimanapun, kita perlu sinau pada karya sastra dunia berpamrih pemajuan sastra Indonesia.

Eco, Cerita Detektif, dan Gua yang Muram

Umberto Eco, seorang filsuf merangkap novelis berkebangsaan Italia bersetia pada buku-buku sepanjang hidupnya. Kegandrungannya pada buku-buku berbuah hasil imajinasi dan pemikiran ; 7 novel dan 30 jilid non-fiksi, termasuk karya akademik yang pelik telah dihasilkan. Eco tak mau memenggal jalinan ruh intelektual. Suatu karya mesti bertaut dengan karya-karya sebelumnya. Kata Eco, “Buku selalu berbicara tentang buku, dan tiap cerita selalu membawa kisah yang sudah diceritakan”.

Eufemisme-Metafora, Hasrat Politis, dan Etiket Berbahasa

“Bahasa suatu bangsa dapat merepresentasikan budaya bangsa itu sendiri”. Kata Sutan Takdir Alisjahbana. Demikian Sastrawan Pujangga Baru itu mengagungkan etiket berbahasa. Baginya, bahasa menjadi instrumen simbolis representasi diri. Cermin pengetahuan sekaligus merefleksikan pola sikap. Etiket berbahasa pada titik ini mesti disikapi dengan penuh kesadaran yang begitu sublim.