Absurditas dalam Secuil Narasi Kematian

Berita kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. yang belakangan menggema di ruang publik menggiring ingatan saya menuju kisah kematian dua polisi muda dalam cerpen berjudul Perdebatan Sebelum Senja karya Indah Darmastuti. Cerpen ini tergabung bersama 13 cerpen lain dalam sebuah buku kumpulan cerpen (kumcer) bertajuk Pengukur Bobot Dosa (Marjin Kiri, 2020).

Realisme Lusuh

Aktivitas mengakrabi puisi sudah membawa saya bertamasya ke lorong-lorong yang tak pernah terbayangkan, lorong-lorong yang barangkali muskil bagi orang lain. Ada banyak kenikmatan artistik di sana. Di antara lorong-lorong itu, ada satu yang membuat saya bergidik ngeri, ingin menutup mata, mual-mual dan nyaris muntah.

Puisi dan Tantangan Kebermaknaan

“…Puisi memang tetap terasing. Tapi keterasingannya bukan karena ia berkhianat. Keterasingannya justru sebuah kesaksian, bagaimana di jaman ini, ketika kata bertebaran dan berduyun-duyun bersama kapital, orang mudah tak mengakui bahwa ada  fragmen-fragmen, ada peristiwa-peristiwa yang seakan-akan terdiam.” Kutipan tersebut merupakan pamungkas esai Goenawan Mohamad (selanjutnya: GM) bertajuk “Fragmen: Peristiwa” (GM, 2011:20).