Lokalitas Sastra dan Silang Budaya

Buku lawas Linus Suryadi AG berjudul lengkap Pengakuan Pariyem (Dunia Batin Seorang Wanita Jawa), dipersembahkan kepada begawan kebudayaan berlatar Jawa—prosa lirik untuk: Umar Kayam—justru diberi komentar oleh dua orang laki-laki Batak, Ashadi Siregar dan Hotman M. Siahaan. Di backcover buku terbitan 1981 itu, Ashadi mengibaratkan Linus pujangga Jawa Lama, dengan kekuatan lirik mengungkap kisah dan pikiran Jawa. Senada, Hotman menyebut karya ini bicara banyak tentang gejala sosial, kultur dan manusia yang diwarnai pola kultur tersebut.

Identitas Sastra dan Hibrida Kultural

GENERASI baru sastra Indonesia mencipta teks sastra dengan kegelisahan yang menandai pencarian “identitas sastra” zamannya. Memang mereka masih berobsesi pada  mitos dalam penciptaan teks sastra. Kekuatan mitos itu pula tercermin dalam novel Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga (Kepustakaan Populer Gramedia, 2021), pemenenang ketiga Sayembara Novel DKJ 2019, yang kemudian terpilih sebagai novel terbaik Kusala Sastra 2021. Novel ini kuyup dengan mitos, menyingkap pergolakan batin melawan hegemoni kekuasaan kolonial dan bangsa sendiri.

Transendensi dan Hegemoni

TRANSENDENSI menjadi bagian obsesi penyair. Transendensi merupakan salah satu pijakan daya cipta, yang mengalirkan puisi hadir ke hadapan pembaca mutakhir. Puisi-puisi  Kiki Sulistyo sengaja menyingkap tabir  transendensi yang menyelubungi kultur kehidupan sehari-hari ke dalam puisi-puisi bernas dengan kekuatan kontemplasi diksi.

Piknik ke Bacaan (Anak)

Cerita menawarkan pelawatan imajiner. Pasti tapi terkadang tidak cukup. Pelawatan imajiner perlu digenapi tindakan raga mendatangi, menghadiri, atau mengandaikan diri berlaku seperti tokoh di dalam cerita. Latar penulis lahir, tempat tinggal melahirkan karya, atau berpindah menghabiskan masa tua lumrah teridentifikasi dalam cerita.

Gosip sebagai Strategi Penceritaan

Dalam menilik sebuah cerita, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni cerita dan penceritaan. Biasanya cerita dinilai bagus atau tidaknya. Namun, menilai sebuah cerita bagus atau tidak rasanya kurang pas. Bagus adalah kata sifat, dan segala kata sifat itu abstrak. Karenanya, indikator untuk menilainya menjadi tidak jelas. Lagi pula bagus atau tidaknya sebuah cerita seringkali berhubungan dengan selera.

Sastra Islam

Dalam sebuah diskusi sastra di forum muktamar sastra  pesantren beberapa tahun lalu, seorang rekan bertanya: “Adakah sastra Islam?” Pertanyaan tersebut tanpa menunggu jawaban, diikuti pertanyaan-pertanyaan berikut: “Kalau sastra Islam itu ada, apa sebenarnya definisi berikut ciri-ciri sastra Islam tersebut yang membedakannya dengan sastra yang lain?