Puisi Riki Utomi
sedalam-dalam tubuhku lebih dalam dukamu.
kami menggigil di dasarnya seperti kisah yang
belum berakhir. terpenggal beberapa episode.
menggumpal di mata yang menggugurkan duka.
sedalam-dalam tubuhku lebih dalam dukamu.
kami menggigil di dasarnya seperti kisah yang
belum berakhir. terpenggal beberapa episode.
menggumpal di mata yang menggugurkan duka.
Ia & sepatu menukar dendam pada jalan metropolis.
punggung pohon di wajah ibu jadi headline koran,
menukar nasib dan harga diri. Setelah maut hingar,
ia & sepatu membenci angkutan umum setelah
Ia tak membawa bekal apa-apa selain teriakan kerinduan yang terus menyembur dari bagian paling sunyi dalam dirinya.
padi kuning. sawah-sawah ompong.
tumpukan jerami. ayam-ayam sarapan pagi.
orang-orangan sawah bermain api. mengepulkan asap ke langit.
adarkah tuanku, saudaraku,
persona perkasa di panggang
telah hilang (?)
Madura Dalam Dua Fragmen/kesaksian kampung nelayan/ollè olang paraona alajârâollè olang alajârâ ka Madhurâ mimpi kita terbuat dari gelombang yang setia menderu melewati panjang malam juga bentang siang. tekad kita sekeras batu karang yang menolak lebur dari keras pukulan ombak berdebur.baju kita terbuat dari doa anak-istri di rumah – mungkin doa itu juga bernama air mata. ketika pagi masih buta dan […]
“Tapi mataku yatim, Paduka! Semua yang terpandang, hanya tirai hitam belaka.”
“Naiklah ke damai punggungku, sebab tulang-tulangku disapih dari langkah sapi karapan.”
masih nyaring suara lagu itu:
begadang jangan begadang
kalau tiada artinya*
“mereka membunuhku dengan pesakitan yang dibuat
sendiri. mengarang cerita-cerita horor, meletakkan takir,
meyakini aku sekutu pembalela sang gusti.
betapa nisbi iman itu. betapa cangkat dan sempit
lubang surga yang mereka namai asal mula”
-perempuan yang kuhapus namanya dengan sengaja
tataplah laut, sulur ombak menyentuh mata kakimu
sementara ekornya mengibas-ngibas mengenai celanaku
itu kali terakhir kita bepelesir dan pulang berkejaran
dengan hujan sepanjang jalan, kita tidak pernah menduga
bulan berikutnya dengan seksama mengucapkan ‘pisah’