Mengulik Jiwa Peradaban

Menjadi Pembaca Sastra yang Baik

Tragedi memilukan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan memantik empati berbagai kalangan. Suporter, olahragawan, ahli hukum, psikolog, wartawan, guru, dan tenaga kesehatan turut berkomentar dengan sudut pandang dan pengalaman masing-masing. Duka itu juga mengilhami sastrawan untuk menulis karya seni sebagai wujud bela sungkawa meninggalnya Aremania.

Puisi, Konkretisasi, Abjeksi

“Ingat, hakikat puisi adalah konkretisasi, bukan abstraksi.”
(Joko Pinurbo)
Kutipan pembuka itu, adalah penekanan yang kerap direpetisi oleh Joko Pinurbo dalam sejumlah kesempatan berbeda. Dan ya, ingatan pada kutipan itu pula yang tiba-tiba mampir, tatkala saya berhadapan dengan sedikit catatan Iin Farliani di sampul belakang buku terbarunya: kumpulan puisi Usap Matamu dan Ciumlah Dingin Pagi (Basabasi, 2022).

Perjalanan Penulisan Pram dan Sudut Pandang Eka Kurniawan

Puluhan tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1997, Eka Kurniawan dipinjami oleh seorang temannya sebuah novel yang berjudul Bumi Manusia. Pembacaan inilah yang mengantarkan Eka Kurniawan berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada dengan judul skripsi Realisme Sosialis  Pramoedya Ananta Toer (sebuah tinjauan filsafat seni). Tugas akhir tersebut selanjutnya diterbitkan menjadi sebuah buku pada tahun 1999 oleh Yayasan Aksara Indonesia.

Women in Translation Month dan Sesuatu yang Diharapkan Setelahnya

Bulan Agustus memang sudah lewat, tapi apabila kita membicarakan agenda literasi yang ada di bulan itu, maka ada satu hal yang saya ingat: Women in Translation Month. Seperti namanya, perayaan ini dimaksudkan untuk membaca sebanyak mungkin karya penulis perempuan yang telah diterjemahkan. Perayaan itu dilakukan sebulan penuh, dan pembaca bebas membaca, mengulas, dan mendiskusikan karya-karya penulis perempuan.

Setengah Badan

Aku harus melahirkan jabang yang ada di dalam perutku, jabang yang ada karena siasat ayahku sendiri, jabang yang aku bawa dari negeri TarTar hingga ke tanah Jawa ini. Dia kemudian lahir seorang laki-laki, aku bangga padanya, aku merasa dia adalah milikku seutuhnya secara pribadi. Tapi kemudian tetap saaja dia memiliki seorang ayah yang kuat, dan berperan penting di dalamnya