Mengulik Jiwa Peradaban

Ngaji Sastra: Membakar Semangat Berkarya

Ponorogo – Eksistensi STKIP PGRI Ponorogo sebagai pelopor kampus literasi Indonesia terus digaungkan. Kegiatan Ngaji Sastra sebagai serangkaian dari Sekolah Literasi Gratis (SLG) minggu ini kembali dihelat, kemarin (24/7). Setelah dua pekan lalu mendatangkan tiga penggurit kondang di Jawa Timur, minggu ini STKIP menghadirkan dua pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan dua wartawan Jawa Pos. Bekerja sama dengan […]

Mrs. Dalloway: Lanskap Sebuah Mahakarya dan Dua Catatan Atasnya

Dalam perkembangan kesusastraan Inggris kontemporer, nama Virginia Woolf menjadi salah satu nama yang paling dikenal. Kekhasan citra kepengarangannya yang lekat dengan tradisi Stream of consciousness, atau yang kita kenal dengan Arus Kesadaran, menjadikan posisi Woolf sama pentingnya dengan pengarang sezaman lainnya—James Joyce atau William Faulkner, sekadar menyebut dua contoh. Di samping itu, sebagai pengarang modern yang berkiprah di abad 20-an, ada kesadaran lain juga menjadi ciri khas dari Woolf: Ketimpangan gender yang mesti dienyahkan.

Upaya Menghidupkan Cerita-Cerita Kecil

Dalam salah satu wawancara dengan DW Indonesia, sastrawan kawakan Indonesia Martin Aleida pernah berujar, “Saya cuma punya satu sikap, bahwa sastra itu harus berpihak kepada korban.” Sikap Martin itu termaktub dengan jelas dalam karya-karyanya yang banyak bercerita tentang nasib nahas yang menimpa korban tragedi 1965.

Buka

Hujan bahagia basahi tenda putih biru persegi itu. Semua orang bungah. Pagar ayu telah siap dengan gaun maron dan bunga tempel di kerudung, para tetangga sigap membantu ke sana-sini, dua hansip berkumis kelabu membenahi sabuknya siap berjaga.