Pikat di Jawa dan Gairah di Mesir
Buku-buku datang ke Jawa. Di hadapan para gadis, buku itu ingin bisa dinikmati sampai halaman terakhir. Kedatangan buku menerbitkan keinginan. Buku-buku itu gairah bahasa.
Buku-buku datang ke Jawa. Di hadapan para gadis, buku itu ingin bisa dinikmati sampai halaman terakhir. Kedatangan buku menerbitkan keinginan. Buku-buku itu gairah bahasa.
Amat dingin udara terasa. Sambil membawa seikat bunga, kau berjalan menuju pekuburan kota; tempat dimakankan seorang pengarang dan penulis naskah drama. Saat berjalan ke sana, sambil tetap terpukau pada apa yang ditangkap mata dan telinga, kau teringat pada sebuah film yang kau saksikan ketika masih menjadi mahasiwa jurusan sastra;
Kata-kata jadi poster, pada pohon literasi Sekolah. Namun ujung jari kaku seketika, saat perayaan mulai tiba, kata-kata mulai liar. Berloncatan sepanjang gedung-gedung, meleleh bagai cat yang mulai dioleskan.
Kini kita masih di depan Laptop, mengetik keinginan hampa!
ndungkap titi wanci. pupus kembang nuli alum. banyu
nyingkur oyod wit-witan. gegodhongan ninggal pang tanpa
pamitan. mintuna lungguh sangga uwang ijenan. lan mimi sadrema
Seorang pria mengalami mimpi buruk yang melibatkan seekor buaya berulang kali. Dan setiap kalinya, ia selalu terbangun dengan keringat dingin di kening.
ini tanggal berapa? apakah ini hari selasa?
konon ini adalah hari yang bahagia untuk mati.
matahari masih remang enggan beranjak menuju pagi
aroma kopi meruap keluar dari cangkir.
Nalika dimatke, Bantar kaya wis nate weruh wewujudan kijing mau. Banjur dheweke mlaku nyedhak, kepengin nyatakake apa sejatine wewujudan jaran putih kang isa malih dadi kijing. Njegreg lir reca kang sinabda, kagyat penggalihe sawise weruh apa kang tinulis ana kijing.
DARI peristiwa-peristiwa keseharian yang luput dari perhatian manusia kebanyakan, puisi-puisi Hilmi Faiq ditulis. Ia memanfaatkan bahasa sehari-hari, sindiran, kritik, yang meminta ruang perenungan pembaca. Saya menemukan dua hal yang menarik dalam buku Peristiwa-Peristiwa Nyaris Puitis (Gramedia Pustaka Utama, 2023) ini.
Malaikat yang sekarat itu meraih tubuh kawannya yang terus terisak. Ia ingin membasuh lukanya, “dengarkan aku! Orang Mardika, riuh perang akan berhenti jikalau kalian semua berhenti menghamili kebencian,” bicaranya tersendat oleh ulu hatinya yang terus mengucur, “Kita bukan hanya membenci, tetapi jatuh cinta dan bersenggama dengan benci. Ia dengan bengisnya membunuh, dan kau berkata mayat itu begitu indah.”
nama seniman yang kukenali, tetapi,
siapa yang tahu apa yang terjadi saat cat tumpah?
kini anak-anak tak lagi dibekali ikan asin,