Satiman Ingin Ganti Nama
Sebab Satiman melamun dan menggigit-gigit jari sepagi itu bukan karena ia kepingin kawin, tapi ia sedang berpikir untuk mengganti namanya, dengan nama yang terdengar tidak kampungan.
Sebab Satiman melamun dan menggigit-gigit jari sepagi itu bukan karena ia kepingin kawin, tapi ia sedang berpikir untuk mengganti namanya, dengan nama yang terdengar tidak kampungan.
ora kana ora kene
saben wektu ambulan mbengok sakayange
ngabarake sawujud kekalahan sing ora dingerteni
sapa wae sing kadhung kerem ing ulengane pandemi
glagepan kangelan mentas lan nata ati
DAYA TARIK mitos masih menjadi obsesi penyair. Mitos menjadi pijakan daya cipta, yang mengalirkan puisi hadir ke hadapan pembaca mutakhir. Dalam kumpulan puisi Jumantara (Pustaka Ekspresi, 2021), Wayan Jengki Sunarta sengaja menyingkap mitos-mitos yang menyelubungi atmosfer religiusitasnya sehari-hari ke dalam puisi-puisi panjang yang menghadirkan tokoh, latar, dan alur. Ia menyebutnya puisi prosa. Spiritualitas menjadi penjelajahan ekspresi daya cipta penyair, menyentuh dunia transendensi.
Sekilas, judul novel ini terdengar menggemaskan: “Jika Kucing Lenyap Dari Dunia”. Kita mahfum ada kata kucing yang memunculkan dugaan bahwa ini adalah kisah yang manis. Atau paling tidak, pasti ada adegan yang memperlihatkan hubungan platonik antara seseorang dengan hewan peliharaannya yang seekor kucing. Tidak, dugaan itu sebenarnya tidak salah-salah amat, sebab adalah benar kalau kisah dalam novel karya Genki Kawamura ini mengandung sesuatu yang manis, kisah yang hangat, dan itu memang melibatkan hubungan si tokoh utama, narator ini, dengan kucing yang dipeliharanya. Kendati begitu, ada hal lain yang justru membuat novel ini tidak sepenuhnya menjadi sebuah kisah yang hangat: Kematian.
telah dibangun sunyi di tengah keriuhan kota,
ketika waktu tiba-tiba beku dan tak menyisakan apa pun
selain ingatan yang mulai pudar.
Orangtua Adam menolak hubungan kami. Mereka berkeras memintaku untuk ikut memeluk kepercayaan Adam dan keluarga. Hanya saja, lahir dan besar di keluarga pendeta membuat keinginan itu mustahil untuk kulakukan.
Empat hari yang lalu, Sukri bertemu malaikat Izrail sepulang dari menggarap sawah Pak Karmin. Ia mengabarkan kepada Sukri bahwa empat hari lagi ia akan menemui istrinya. Mencabut nyawa istrinya.
Kota yang dibangun dari serangkaian peristiwa. Tanah kering dan beton-beton berbau pesing. Awan putih dipulun asap dan kabut, wajah gunung kerap lenyap sewaktu siang. Bagai mimpi buruk yang meloncat keluar dari tempat tidur kita, Dinda.
MEMBACA puisi-puisi Nissa Rengganis membuat saya khawatir. Dalam lima puluh puisi Suara dari Pengungsian (2021), terserak kegelisahan yang meriah: tegang, berisiko, bahkan sayup. Suasana-suasana tersebut menjadi lembing tajam yang menohok sekaligus meletupkan luka dari kesunyian yang meranggas di tenda-tenda pengungsian. Dan, Nissa melalui gerak avonturirnya telah mengantarkan tegangan frekuensi kuat dari peristiwa pengungsian pada antena kepala pembaca.
Narasi sejarah adalah kumpulan fragmen-fragmen peristiwa yang dipotret dari berbagai sudut pandang. Karena itu, peristiwa sejarah selalu tak sederhana dan bersifat kompleks. Sejarah selalu berupa jalin kelindan peristiwa yang rumit. Mencatat sebuah peristiwa berarti juga mengabaikan peristiwa lain. Maka, narasi sejarah selalu tentang siapa dan apa yang tercatat. Narasi sejarah seringkali hanya mencatat peristiwa-peristiwa ‘besar’. Namun, di sisi lain, selalu ada penggalan-penggalan ‘kecil’ yang tak tercatat dalam narasi besar sejarah. Ada banyak peristiwa yang terlupakan. Ada banyak nama yang terabaikan.