Puisi Nafi Abdillah
Air mata, sebenarnya adalah kabar baik yang dikepak-kepak sayap Jibril
ketika hendak berusaha menyuburkan ladang hatimu,
meski kehilangan selalu tak memberi pilihan
untuk mengucap ‘tidak’ pada siapapun.
Air mata, sebenarnya adalah kabar baik yang dikepak-kepak sayap Jibril
ketika hendak berusaha menyuburkan ladang hatimu,
meski kehilangan selalu tak memberi pilihan
untuk mengucap ‘tidak’ pada siapapun.
Cerita dimulai dengan sajian adegan pelemparan seorang lelaki bertubuh gendut, nyaris ke dalam kandang seekor beruang di kebun binatang, di Kota Tokyo, Jepang, dengan penanda waktu pagi hari, pada musim dingin. Secara tiba-tiba, narator kemudian menggeser pembicaraan pada kondisi psikis tokoh tersebut: ia, akhirnya terbebas dari belenggu obsesi lama. Obsesi apakah yang dimaksud?
Siapa dari kita yang tak berpenyakit? Tiap-tiap manusia niscaya sempat menyandang penyakit, entah sudah lolos menjalaninya atau sedang berada dalam bayang-bayang penyakit tertentu. Kita memang tak bisa menebak penyakit apa yang bakal mendera jiwa raga. Penyakit mengintai setiap waktu. Seperti virus corona yang jadi pandemi global kali ini, umpamanya.
Bukanlah sebuah pernyataan yang mengada-ngada sebagaimana racauan seorang hippie, apabila ada orang yang mengatakan bahwa karya sastra dapat menjadi terapi alternatif penyembuhan diri dari luka, atau mungkin juga trauma.
Saiki ana pameran lukisan neng baleseni kutha. Aku karo Iniesta arep ndelok pagelaran kuwi lan kangsen ketemu langsung neng panggonan pameran.
Satenane ora ana carita.
Ora ana apa-apa.
Suwung blung
Jakarta; gedung-gedung terbang. Kayu yang besi menopang tubuh lelaki
meja-meja bundar adalah manuver kerinduan; tentang dongeng si kancil
atau anak merapi sebelum meletusnya berita. Jakarta; menarik doa-doa
RUKAYAH terjaga dari tidur. Ini malam keempat ia mendengar suara perempuan bersenandung dari arah pohon sawo di depan rumah. Ia turun dari ranjang, lalu berjalan berjingkat mendekati jendela kamar. Ia menyingkap sedikit tirai jendela dan megintip ke luar. Malam gulita dan ia tak melihat satu sosok pun di sekitar pohon tinggi dan rindang itu. Suara senandung itu pun tiada terdengar lagi.
Riwayat Surga Pada taman ingatankau menghukum takdirsejak Dia mengusir ular dari surga Tapi busur panahku kunfayakuntiada lelah kuraut dengan pisau lidahmutirakatku pohon ketabahandalam perjalanan musafir mencari kitab damai Menggenggam nasibTuhan memperjalankan abadku di terik gurun pasirkuseru kau kuseru persuaan Hawa, datanglah tapi jangan bersama ularmereka mengotori sebilah tulang rusukkutitip pada kelahiran takdirmu Mari genapkanlah jalan inikubawakan kerinduan dalam pesan-Nya“Sesungguhnya Aku mengetahui […]
KEMARIN sore, Badik menerima sebuah pesan singkat dari Ripai: Badik, segera ke rumah! PENTING. Ini kali kedua Badik mendapatkan pesan singkat dari pamannya itu. Dua tahun lalu—Badik masih mengingatnya dengan terang, pesan yang hampir serupa mampir di gawainya: Badik, segera ke penjara! PENTING. Dari balik jeruji yang memisahkan tahanan dengan pengunjung, Ripai menemui Badik dengan alis yang menyatu dan tangan […]