Cerpen Indonesia dalam Arena Sastra Pasca Perang

Kedudukan cerpen dalam arena sastra sebelum perang dianggap oleh berbagai pengarang–khususnya sastrawan pujangga baru–sebagai kerja sastra yang tidak cukup penting. Secara kausalitas, tema-tema cerpen yang diangkat dianggap stagnan dan hanya berkutat mengenai lelucon dengan tujuan untuk mengajak pembaca tertawa tanpa maksud lain. Terlebih saat itu, dominasi roman dan puisi masih terasa kental dan kuat. Tidak ada ruang bagi cerpen untuk bergerak leluasa.