Ejaan dan Puisi

Pada suatu masa, buku berisi puisi-puisi gubahan Chairil Anwar diterbitkan lagi oleh Grasindo dan Gramedia Pustaka Utama. Buku itu laris. Konon, buku penting dipelajari di sekolah dan perguruan tinggi. Buku untuk acuan bagi orang-orang ingin menjadi penggubah puisi atau pengamat sastra. Buku berpenampilan apik.

Menjadi Pembaca Sastra yang Baik

Tragedi memilukan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan memantik empati berbagai kalangan. Suporter, olahragawan, ahli hukum, psikolog, wartawan, guru, dan tenaga kesehatan turut berkomentar dengan sudut pandang dan pengalaman masing-masing. Duka itu juga mengilhami sastrawan untuk menulis karya seni sebagai wujud bela sungkawa meninggalnya Aremania.

Puisi, Konkretisasi, Abjeksi

“Ingat, hakikat puisi adalah konkretisasi, bukan abstraksi.”
(Joko Pinurbo)
Kutipan pembuka itu, adalah penekanan yang kerap direpetisi oleh Joko Pinurbo dalam sejumlah kesempatan berbeda. Dan ya, ingatan pada kutipan itu pula yang tiba-tiba mampir, tatkala saya berhadapan dengan sedikit catatan Iin Farliani di sampul belakang buku terbarunya: kumpulan puisi Usap Matamu dan Ciumlah Dingin Pagi (Basabasi, 2022).

Women in Translation Month dan Sesuatu yang Diharapkan Setelahnya

Bulan Agustus memang sudah lewat, tapi apabila kita membicarakan agenda literasi yang ada di bulan itu, maka ada satu hal yang saya ingat: Women in Translation Month. Seperti namanya, perayaan ini dimaksudkan untuk membaca sebanyak mungkin karya penulis perempuan yang telah diterjemahkan. Perayaan itu dilakukan sebulan penuh, dan pembaca bebas membaca, mengulas, dan mendiskusikan karya-karya penulis perempuan.

Flamboyan Kasmir

Dibuka oleh komentar narator impersonal, cerita pendek Kasmir dan Kina karya Afryantho Keyn yang terbit di Baca Petra edisi Mei 2019 menghadirkan flamboyan sebagai perumpamaan yang melevelkan tataran suasana cerita pada suasana tokoh. Perumpamaan flamboyan itu nanti akan muncul lagi di akhir cerita yang mengafirmasi suasana batin tokoh Kasmir.

Absurditas dalam Secuil Narasi Kematian

Berita kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. yang belakangan menggema di ruang publik menggiring ingatan saya menuju kisah kematian dua polisi muda dalam cerpen berjudul Perdebatan Sebelum Senja karya Indah Darmastuti. Cerpen ini tergabung bersama 13 cerpen lain dalam sebuah buku kumpulan cerpen (kumcer) bertajuk Pengukur Bobot Dosa (Marjin Kiri, 2020).

“Darah” di Atas Kanvas Penceritaan Prosa

Telah jadi wawasan klise di dunia penulisan sastra, bahwa teks dan konteks merupakan dua sumber utama penggarapan karya bagi seorang pengarang–dalam hal ini baik penyair sebagai produsen dalam bidang puisi, cerpenis dan novelis dalam bidang prosa, maupun penulis naskah dalam bidang drama. Teks yang dimaksud bisa merujuk pada teks-teks yang telah terhampar sebelumnya, baik itu teks-teks sejarah, film-film dokumenter, sejumlah berita yang dimuat media massa, karya-karya sastra dari pengarang pendahulu, dan seterusnya.

Pathos dalam Karya Cerita

Meskipun hadir sebagai terminologi dalam dunia komunikasi berkaitan dengan kecakapan mengolah, merespons, hingga mendayagunakan emosi dalam diri manusia, baik secara personal maupun komunal, pathos memiliki tempat dan pengertian tersendiri dalam dunia cerita. Dalam dunia kepenulisan naratif, phatos adalah luka lama yang mengaliri darah karakter atau subjek.

Gincu Sang Mumi: Dunia “Di Antara” dan Ruang Bagi Perempuan-Penulis

Apa yang mesti dimiliki perempuan yang ingin berkiprah dalam dunia tulis menulis di paruh awal abad 20-an? Pertanyaan ini akan langsung terbayangkan jawabannya manakala kita mengingat satu kuliah Virginia Woolf di hadapan mahasiswi Cambridge yang kelak kita baca dalam buku berjudul A Room of One’s Own (1929). Dalam ceramah itu, Woolf setidaknya menggarisbawahi bahwa bagi perempuan, ruang dan finansial diperlukan untuk menghasilkan mahakarya-mahakarya terbaik.