Puisi Fatur Rahman

di ruangan ini kata-kata menolak menjadi kalimat dalam kepala
tiap abjad tidak mengenal satu sama lain hingga gugup dan terbata-bata.
aku tidak ingin selalu buta huruf
agar dapat melihat seluruh catatan-catatan peristiwa yang kau punya
sebab, aku cuma dapat mengingat-ingat dan sering gagal memaknai kata.

Puisi Fatur Rahman

Kota yang dibangun dari serangkaian peristiwa. Tanah kering dan beton-beton berbau pesing. Awan putih dipulun asap dan kabut, wajah gunung kerap lenyap sewaktu siang. Bagai mimpi buruk yang meloncat keluar dari tempat tidur kita, Dinda.