Setelah Banjir Jakarta

Setelah kejadian malam itu, pamanku semakin pendiam. Ia lebih banyak di dalam kamar. Desas-desus perihal pamanku yang kini menjadi miskin dan tidak punya pekerjaan semakin cepat pula menyebar ke penjuru kampung. Entah siapa yang menyebarkannya. Padahal, ibu tidak pernah berbicara apa-apa. Ibuku kini lebih banyak pula diamnya.

Puisi F. Rizal Alief

rautan bambu halus ini, Nak adalah tulang doaku dan doa ibumu. Kuraut hanya tiap saat selesai rakaat seratus qulhu, sebelas yasin, dan seribu selawat. Dan hanya ketika bulan benar-benar purnama di dada ibumu. Agar ketika ia terbang tak takut angin kencang, tak waswas hujan, tak khawatir kepanasan. Bila kauinapkan, malam akan memberimu bintang berjalan. Bila siang, sepanjang matahari akan menunjukkan hari depan.