
Puisi Royyan Julian
SULUK DAUN KENCANA
Di pucuk Daun Kencana
aku takzim dan salik
di sir batas terang dan gelap.
Bapa kita yang berkobar di angkasa
menanam api ke pukas Ibu
yang giris membakar nabi jadi arang.
“Bernapaslah dalam asap-Ku
dan satukan seluruh
jagat agung dan alit.”
Di hadapan cermin berkabut,
aku wirid dan makrifat
aku menyaksikan-Mu
aku menyaksikan-Ku
aku menyaksikan wajah penuh cacat
yang memaksaku mengimani
seluruh sepi dan luka.
Apakah Kau mendengar
suara sunyiku, Gusti?
Apakah Kau merasakan
cinta-Mu
cinta-Ku
cinta abadi?
2022
GADIS YANG MENGGODA ADIRASA DI SEBUAH BAR
(Di panggung, biduan
membawakan “La Bamba”.)
Aku tahu
cinta membangkitkan
malam panjang
dan menyuguhkan
satu sloki api.
Ay arriba, ay arriba.
Ayo bamba chachacha
bersama mega
yang tak pudar
dari gelas bloody mary.
Tak ada kuda sembrani
sedangkan Letnan Hamzah
sudah mati.
Tapi aku kapitan.
Bahteraku melayarkan kita
ke purnama Mei
yang tak memberimu kelabu
dan cahaya sidi.
Rrraaa-ha-haaa ….
Takkan ada hari esok.
Juga kemarin.
Sebab kita telah jadi
seribu satu malam.
Seperti mimpi ini
mimpi ini
mimpi ini.
2022
MALAM ADIPODAY
Dan keheningan itu
menjadi perahu yang melaju
di sungai gelap
nan bermuara pada matamu.
Bibir syahwat mengecup kejantananku.
Malam betina pecah, tumpah,
dan dermawan bagai dada perawan.
Aku telanjang dan berserah
di bawah hujan likat
yang menetes dari nafas nafsumu.
Lalu kebugilan lembut itu
mengerami janin kuda jantan
yang ‘kan lahir
dari pembangkangan
demi pembangkangan,
dimatangkan sidik jari bulan
dan jejak kaki taufan.
“Singgahlah di tubuh sunyiku, Kanda.”
Kusanggrahkan sukma sepiku, Dinda,
sebelum kudayungkan lagi
perahu ini ke kegilaan paling sawan.
2022
PANGERAN JIMAT
Bagus Pringa,
Bagus Surana,
Kijang-Kijang Kekasihku,
di langit malam itu
kudengar guruh layar
menyapu nama kasim
yang bergaung di telinga
tuan kumpeni, kumpeni kita
yang beriman pada jisim Masehi.
“Tiga puluh armada perkasa, Cakraningrat,
menggetarkan takhta Surga.
Dan di hari itu, hari keramat itu
kulihat Tuhan sujud
di bawah terompahnya.”
2022
PANGERAN JIMAT KEPADA BAGUS SURANA
Kijang putihku singgah ke ranjangku
Di antara musim haji dan musim farji
Bengawan dan airnya
Gandarusa dan dahannya
Meranggas dan penuh agas
Kecuali Sang Maha Indah
Dan kekasihku menyerahkan
Kedua pahanya untuk kuzikirkan
2022
Penulis:
Royyan Julian menulis buku puisi Biografi Tubuh Nabi (2017). Buku puisinya, Korpus Ovarium (2022), menjuarai Sayembara Manuskrip Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2021. Saat ini tinggal dan bergiat di Madura.