Perempuan dalam Pagar Budaya Madura

Putu Wijaya pernah berkata, “Para penulis perempuan seperti gumpalan burung yang jatuh dari udara, menyerbu kehidupan sastra Indonesia, memasuki milenium ketiga. Masing-masing dengan dunianya. Ada yang cerdas, radikal, bebas, bahkan lebih gila dari lelaki. Tetapi ada yang gaul, melankolis, puitis, komunikatif, santun, namun sesungguhnya memberontak.”

Puisi Zaidan Dhiya

1. Sebuah garis berangkat menuju yang bukan pulang Dan yang terputus-putus dari kemarin atau sedikit shoegaze ringan setelah Frankenstein dan menangis untuk ingatan tentang buah di tengah meja Kau diam dan telanjangUntuk lurus dan bayangan-bayangan yang terlipat, yang penggaris dan lonceng pagar 2. Besok dan sesekali menjadi biru Pembatas —mana yang bukan jalan menuju percakapan atau sesekali meraba ubun tuhan. […]