Sontani dan Sunyi Bumi

Amat dingin udara terasa. Sambil membawa seikat bunga, kau berjalan menuju pekuburan kota; tempat dimakankan seorang pengarang dan penulis naskah drama. Saat berjalan ke sana, sambil tetap terpukau pada apa yang ditangkap mata dan telinga, kau teringat pada sebuah film yang kau saksikan ketika masih menjadi mahasiwa jurusan sastra;

Puisi Polanco S. Achri

Kota Tua 408 SM / Kota Sunyi 2020 M Anjing-anjing liar yang biasa menyantap-lahap mayat kini bergeming:memilih jauhiraga tanpa nyawa yang terlalu diam betah berbaring.Burung-burung gagak, yang senantiasa bawakan ngeri kala mengepak,memilihjauhi tubuh-tubuh merana, yang tak mampu lagi bergerak. Dada seperti dihimpit, dan berkata-berucap terasa begitu sulit;seolah di dada ada iblis yang menjepit, tiada mampu ucap sakit.Ingin hati sampaikan nasib […]

Kursi Kayu Penyair

DI hadapan kenangan, manusia selalu menjadi sesuatu yang pecah dan retak—dan barangkali hal itu juga terjadi pada diriku. Ah! betapa seharusnya aku memperkenalkan diriku terlebih dulu. Aku adalah sebuah kursi kayu, yang sangat sederhana. Sebuah kursi kayu yang menjadi teman duduk, dalam arti yang sesungguhnya, dari seorang lelaki—yang kutahu bekerja sebagai seorang penyair. Ialah yang memberi nama Aros.