Puisi Polanco S. Achri
Rara Lembayung berkata begitu murung:
Duh, Kangmas Sutawaijaya, setiap malam purnama,
sambil mengelus perut berisi putra, yang kian hari
kian dekat masa lahir ke dunia, sahaya sering bertanya
Rara Lembayung berkata begitu murung:
Duh, Kangmas Sutawaijaya, setiap malam purnama,
sambil mengelus perut berisi putra, yang kian hari
kian dekat masa lahir ke dunia, sahaya sering bertanya
Amat dingin udara terasa. Sambil membawa seikat bunga, kau berjalan menuju pekuburan kota; tempat dimakankan seorang pengarang dan penulis naskah drama. Saat berjalan ke sana, sambil tetap terpukau pada apa yang ditangkap mata dan telinga, kau teringat pada sebuah film yang kau saksikan ketika masih menjadi mahasiwa jurusan sastra;
Gadis yang teramat ayu itu, Ken Dedes, duduk bersandar terpaku memandang
gambaran yang dibuat timbul di sepanjang dinding pagar taman. Terlukislah di sana
kisah dari Raja Ayodhya, Sri Rama, yang masyhur namanya, sebab menata kembali
Kota Tua 408 SM / Kota Sunyi 2020 M Anjing-anjing liar yang biasa menyantap-lahap mayat kini bergeming:memilih jauhiraga tanpa nyawa yang terlalu diam betah berbaring.Burung-burung gagak, yang senantiasa bawakan ngeri kala mengepak,memilihjauhi tubuh-tubuh merana, yang tak mampu lagi bergerak. Dada seperti dihimpit, dan berkata-berucap terasa begitu sulit;seolah di dada ada iblis yang menjepit, tiada mampu ucap sakit.Ingin hati sampaikan nasib […]
DI hadapan kenangan, manusia selalu menjadi sesuatu yang pecah dan retak—dan barangkali hal itu juga terjadi pada diriku. Ah! betapa seharusnya aku memperkenalkan diriku terlebih dulu. Aku adalah sebuah kursi kayu, yang sangat sederhana. Sebuah kursi kayu yang menjadi teman duduk, dalam arti yang sesungguhnya, dari seorang lelaki—yang kutahu bekerja sebagai seorang penyair. Ialah yang memberi nama Aros.