Geguritan Sharina Ananda
dolanan tembung, kothekan lesung
tembang ngumandhang
saka pinggir kampung
abang-ijone lelakon kepungkur
dadi sulihe panglipur
mangsa paceklik
dolanan tembung, kothekan lesung
tembang ngumandhang
saka pinggir kampung
abang-ijone lelakon kepungkur
dadi sulihe panglipur
mangsa paceklik
Pawongan iku jeginggat tangi. Awake kebes kringet. Bengi kuwi ora kaya biasane. Turune ora isa angler amarga ana sing terus dipikirake. Jiwane ora tenang lan kuwatir. Dheweke tangi saka amben lan mlaku tumuju kolah. Saka kolah banjur mlaku ing ruang tengah, lungguh lemes ing kursi pojok cedhak meja.
ia ingin mati dan hidup sekali lagi.
adakalanya mereka semua akan mengerti
bahwa ini adalah sebuah kekalahan
dari keinginan yang terlalu berlebihan.
Perempuan itu semula diam. Tidak tertarik menjawab pertanyaan yang diajukan polisi itu. Namun, dia tidak kuasa bisa bertahan. Semakin dia membisu, keadaannya akan sangat buruk.
Barangkali kematian bukan sewarna minuman
anggur persembahan pemberian para raksasa
kepadamu,
sehingga ketika meneguknya kau tidak seperti merasa
kegelisahan mengalir di tubuhmu.
Lelaki paruh baya itu memonyongkan bibir, menciptakan bunyi siulan nyaring, persis seperti yang pernah dia lakukan kala menggoda Ibu sewaktu masih perawan dulu. Bedanya, kali ini bukan Ibu yang dibuat tersipu malu olehnya.
Semenjak linguistik dikenal sebagai sebuah ilmu, bahasa berada pada dua ketegangan perdebatan dan keterbelahan. Belahan pertama memandang bahasa sebagai sebatas alat dan mereduksinya menjadi sekadar perkara gramatika. Belahan kedua, aliran yang memandang bahasa bukan semata-mata persoalan gramatikal tetapi juga refleksi kategori-kategori mental kognitif manusia dan zamannya.
Bagaimana membayangkan dua penyair menuliskan puisi-puisi mereka dalam satu buku? Inilah yang terjadi, sebuah buku kolaborasi yang mengajak berekreasi ke pelbagai tempat, tema, dan imaji. Membaca kumpulan ini seperti sebuah tanya-jawab, yang ditelurkan menjadi kelindan diksi, menguatkan ingatan, juga sahut-menyahut yang nyata terhadap sebuah tema besar.
ANDREW Greely (2012) pernah menggemakan kembali suara Shakespeare yang mengatakan bahwa dunia adalah tempat bermain yang diperuntukkan untuk manusia. Hal yang serupa pun diungkapkan Plato berpuluh tahun sebelumnya yang mengatakan bahwa kita boleh membayangkan, bahwa tiap-tiap manusia adalah boneka yang dibuat oleh dewa-dewa, mungkin dibuat sebagai sebuah permainan, atau mungkin permainan yang dibuat dengan sangat serius.
Sebab malam tanpa kabaret
dan lenguh bising terompet
masih adakah hari ini?