Geguritan Daladi Ahmad
lakuku lan lakumu sing kebak lelakon
amung sadrema anut manggilinge cakra
kang lumaku ing saurute wektu
lakuku lan lakumu sing kebak lelakon
amung sadrema anut manggilinge cakra
kang lumaku ing saurute wektu
Palakramane wong tuwaku, sang Dalu lan Yadu wis dadi karsane Gusti kang Maha Agung. Palakrama kasebut katujokake kanggo ngasilake tedhak turun sing bakal aweh pangimbang marang traju katentremaning jagad. Kita, tedhak turune sang Dalu lan Yadu cinipta kanggo nyampurnakake jagad. Ing ngarcapada kana, sang Bagya Kemayangan wis kesuwen ngubengi donya lan agawe lena para pendhudhuke.
Perang selalu diidentikkan dengan semangat heroik, sebuah tugas suci yang membawa harum nama prajurit di medan perang dan membawa kembali nama harum sebuah bangsa yang telah berhasil memenangkan perang itu. Perang di hadapan pemerintah dan segenap institusi yang melegalkannya adalah tugas agung yang membayar nyawa-nyawa di medan perang dengan tugu kehormatan dan museum-museum peringatan.
Aku duduk termangu
di bangku taman
bangku yang terbuat dari ban
Ban yang dulu membawa kendaraan
dan orang-orang
Berjalan-jalan—tanpa tujuan
Kini diam
Menghadap lengang jalan.
Tiba-Tiba saja malam itu begitu banyak mata yang menontonnya, entah bagaimana beribu pasang mata itu begitu setia menunggu, berpuluh-puluh menit bahkan berjam-jam tanpa merasa bosan sedikit pun.
Dalam kehidupan nyata, adakah dari kita yang pernah merenungkan makna melahirkan anak? Adakah dari kita yang pernah berpikir bahwa anak yang kita lahirkan kelak akan menanggung penderitaan dan tekanan sosial atau mengalami kehidupan yang tak menyenangkan? Adakah dari kita yang pernah sekali saja mengatakan ‘Nak, maafkan kami karena melahirkanmu demi keegoisan kami’ sebelum atau sesudah anak itu lahir?
Idealisme memerangi uang dan kapitalisme menjadi jalan yang dipilih pria bernama Gordon Comstock. Kita menelisik kehidupannya sekitar tahun 1930-an. Melarat di sudut apartemen kumuh di kota London, ia berusaha hidup dengan bayangan jumlah uang di kantongnya, menghitung kepingan Corn dan beberapa Pound Sterling demi menyambung hidup esok hari atau demi sekotak rokok dan segelas bir murah. Ia melarat, tentu saja. Pekerjaanya hanya seorang penjaga toko buku sekaligus pustakawan yang gajinya kelewat sadis.
ADA hutang yang tak akan pernah terbayar bila aku mendengar tentang kematian seseorang. Aku tidak sempat memberikan penghormatan yang cukup kepada almarhum Bapak, lebih tepatnya bapak mertua, ketika beliau wafat.
Sunyi Di Kota Gulang _Osip Mandelistam Setelah sunyi di hari pertama mengapungDi Sebria tampak waktuMenunggu kelahiran baru. Mungkin ombak terjebak dalam kekecewaanDengan keberhasilan kerangHinggap di karang. Sedepa kemudian, sebelum kau mabukDi suatu kepalsuan bernada ringkih, seperti merahAnggur menampih ilusi seamis darah. Padahal semalamMimpi buruk turun ke teras rumahMenemui tamu, melayaninya seramah rindu. Selalu dendam yang kau puja,Meski di langitBintang cuma […]
TIGA cerpen Triyanto Triwikromo, “Seperti Gerimis Meruncing Merah”, “Sayap Kabut Sultan Ngamid” dan “Malaikat Tanah Asal” menjadi sangat menarik di antara cerpen Celeng Satu Celeng Semua (Gramedia Pustaka Utama, 2013). Tiga cerpen itu berlatar Lebaran, dan menyingkap tabir transendensi dalam narasi fiksi. Hampir semua cerpen dalam buku ini menyingkap transendensi dengan kekuatan filosofi, imaji, dan struktur narasi.