Satiman Ingin Ganti Nama
Sebab Satiman melamun dan menggigit-gigit jari sepagi itu bukan karena ia kepingin kawin, tapi ia sedang berpikir untuk mengganti namanya, dengan nama yang terdengar tidak kampungan.
Sebab Satiman melamun dan menggigit-gigit jari sepagi itu bukan karena ia kepingin kawin, tapi ia sedang berpikir untuk mengganti namanya, dengan nama yang terdengar tidak kampungan.
Orangtua Adam menolak hubungan kami. Mereka berkeras memintaku untuk ikut memeluk kepercayaan Adam dan keluarga. Hanya saja, lahir dan besar di keluarga pendeta membuat keinginan itu mustahil untuk kulakukan.
Empat hari yang lalu, Sukri bertemu malaikat Izrail sepulang dari menggarap sawah Pak Karmin. Ia mengabarkan kepada Sukri bahwa empat hari lagi ia akan menemui istrinya. Mencabut nyawa istrinya.
Tanganku gemetar menggenggam gunting sunat. Darah menggenang di lantai marmer. Bukan merah. Tapi hijau seperti cairan klorofil. Sebelum defibrilator menyalak bagai ledakan meriam, kulihat sesosok bayangan melompat ke dalam lubang di tembok. Ia meleletkan lidahnya dan mengacungkan jari tengahnya. Ingin rasanya mengumpat, tapi tenagaku telah mampat. Tapi sebelum sampai pada adegan itu, beginilah segalanya bermula. Akhirnya setelah berkeliling dari kafe […]
“Apa yang paling kaurindukan dari kota ini?” Di tengah rombongan, di sela-sela tubuh penuh peluh, seseorang melontarkan tanya, entah kepada siapa. Dan, memang, setelah beberapa menit berlalu, tak ada seorang pun tergerak untuk memberikan jawaban.
Ora bisa turu. Ora ngantuk blas, kamangka wis tengah wengi. Embuh apa sing marai aku ora ngantuk. Biyasane jam wolu punjul sethithik wis ngantuk, nanging wengi iki….
Kami juga tak pernah tahu sejak kapan Mbah Cipto datang dan bermukim di kampung kami. Yang kami tahu, Mbah Cipto membeli separoh tanah milik Carik Keni, salah satu warga kampung terkaya. Di tanah yang luas itu, Mbah Cipto membangun rumahnya yang megah dengan model limasan.
Untuk ke sekian kalinya Mbah Tarjo dianggap gila. Bahkan oleh dirinya sendiri. Terakhir ia tampak menangis di garasi rumah. Sebelumnya malah ketawa-ketawa sendiri di kolong mobil.
Perempuan itu kini mengenakan lagi syal rajut abu-abu itu. Menutup bekas luka di lehernya.
“Itu juga tugasku, bukan? Kau tidak salah.” Aku tak akan jatuh pada wajahnya, wujud aslinya sungguh menyala di pikiranku.