Ular di Kandang Sapi
MAMA terbangun dengan wajah pucat karena melihat sesuatu yang sebetulnya bukan apa-apa. Saat itu sudah tengah malam dan papa belum pulang. Papa memang berjanji akan sampai rumah tepat waktu sebelum makan malam.
MAMA terbangun dengan wajah pucat karena melihat sesuatu yang sebetulnya bukan apa-apa. Saat itu sudah tengah malam dan papa belum pulang. Papa memang berjanji akan sampai rumah tepat waktu sebelum makan malam.
Ia & sepatu menukar dendam pada jalan metropolis.
punggung pohon di wajah ibu jadi headline koran,
menukar nasib dan harga diri. Setelah maut hingar,
ia & sepatu membenci angkutan umum setelah
Ia tak membawa bekal apa-apa selain teriakan kerinduan yang terus menyembur dari bagian paling sunyi dalam dirinya.
Aku harus melahirkan jabang yang ada di dalam perutku, jabang yang ada karena siasat ayahku sendiri, jabang yang aku bawa dari negeri TarTar hingga ke tanah Jawa ini. Dia kemudian lahir seorang laki-laki, aku bangga padanya, aku merasa dia adalah milikku seutuhnya secara pribadi. Tapi kemudian tetap saaja dia memiliki seorang ayah yang kuat, dan berperan penting di dalamnya
padi kuning. sawah-sawah ompong.
tumpukan jerami. ayam-ayam sarapan pagi.
orang-orangan sawah bermain api. mengepulkan asap ke langit.
Kata orang-orang di sini, kelak kita akan menaiki sebuah kereta. Dan di kereta itulah kita akan diperlihatkan seluruh petualangan yang akan kita jalani, untuk kemudian memudar, menemaram, dan ingatan-ingatan yang baru saja bermukim di kepala tetiba menghilang begitu sampai di perhentian.
adarkah tuanku, saudaraku,
persona perkasa di panggang
telah hilang (?)
“Tun. Coba sawangen kae! Kaya adate. Thukule kembang kanthil pedhanyangan kae nyasmitakake bakal ana unthul anyaran sing bakal nerusake.”
Eneng apa?
Kok sajak saben mbok tinggal, aku ngrasa gela
SEBELUM terlalu terlambat, sebelum kau keburu bercita-cita menjadi penulis fiksi, kuberi tahu satu hal: ada tempat khusus bagi para penulis fiksi di neraka.