Puisi F. Rizal Alief

rautan bambu halus ini, Nak adalah tulang doaku dan doa ibumu. Kuraut hanya tiap saat selesai rakaat seratus qulhu, sebelas yasin, dan seribu selawat. Dan hanya ketika bulan benar-benar purnama di dada ibumu. Agar ketika ia terbang tak takut angin kencang, tak waswas hujan, tak khawatir kepanasan. Bila kauinapkan, malam akan memberimu bintang berjalan. Bila siang, sepanjang matahari akan menunjukkan hari depan.

Puisi Rizki Amir

barangkali peringatan dan kemampuan kita untuk membayangkan sejarah sejak mula memang tidak benar-benar ada. meski, kita sama-sama tahu, ada yang tetap lengket dalam hati dan kenyal di hari-hari sunyi.

Remen Tanem

Nalika plakat sing tulisane ‘Remen Tanem’ ngadeg ing sacedhake gapura desa, atine Marni kebrongot. Polatane ngluwihi cacing kepanasen. Apa maneh nalika saben dina ana wae pawongan sing mampir omahe nakonake panggonan kanthi jeneng ‘’Remen Tanem’ kuwi mau.