Puisi Budhi Setyawan
aku terlambat sampai di pikiranmu
karena ada kemacetan parah
di rute penafsiran yang dikerubut asap
waswas dan fobia pada banyak variabel
yang hendak menyusun sebuah formula
persamaan dengan sedikit penyesuaian
aku terlambat sampai di pikiranmu
karena ada kemacetan parah
di rute penafsiran yang dikerubut asap
waswas dan fobia pada banyak variabel
yang hendak menyusun sebuah formula
persamaan dengan sedikit penyesuaian
Dem, aku lahir dari lunta ke lunta. ini kali pertama aku keluar dari diri,
nyampir di kotamu, sebab kudengar wali-wali betapa keramat di sini,
sebelum kiamat berikan aku Roro Gending, sesuap pun tak apa,
–apakah ini musim yang menelantarkan adam hawa
hingga anaknya saling membunuh demi satu keadilan;
Rebana kayu nangka sudah menunggu kita.
Berdansa, mengitari masalalu di padang karbala.
Hasan dan Husain telah diabadikan:
di antara nadhom Al-Barzanj
TBC dan diabetes bertamu ke tubuh Emak
di sisa daging yang ada
beruntung—Emak masih bisa
menautkan benang linen dan rayon ke mata jarum doa
hingga koyak kebaya hidupnya terjahit
; apik dalam banjar garis marigold berbentuk bunga
Seseorang di luar puisi ini masuk ke dalam aku
Metafora yang tumpang-tindih bersusun
Seseorang di luar puisi masuk ke dalam aku
Menggurat isyarat pada sekujur badan
Ini bukan replika: tiang-tiang yang entah untuk apa
berdiri miring, bangunan yang juga tak jelas wujud
—tampak mangkrak
Air mata, sebenarnya adalah kabar baik yang dikepak-kepak sayap Jibril
ketika hendak berusaha menyuburkan ladang hatimu,
meski kehilangan selalu tak memberi pilihan
untuk mengucap ‘tidak’ pada siapapun.
Jakarta; gedung-gedung terbang. Kayu yang besi menopang tubuh lelaki
meja-meja bundar adalah manuver kerinduan; tentang dongeng si kancil
atau anak merapi sebelum meletusnya berita. Jakarta; menarik doa-doa
Riwayat Surga Pada taman ingatankau menghukum takdirsejak Dia mengusir ular dari surga Tapi busur panahku kunfayakuntiada lelah kuraut dengan pisau lidahmutirakatku pohon ketabahandalam perjalanan musafir mencari kitab damai Menggenggam nasibTuhan memperjalankan abadku di terik gurun pasirkuseru kau kuseru persuaan Hawa, datanglah tapi jangan bersama ularmereka mengotori sebilah tulang rusukkutitip pada kelahiran takdirmu Mari genapkanlah jalan inikubawakan kerinduan dalam pesan-Nya“Sesungguhnya Aku mengetahui […]