Mengulik Jiwa Peradaban

Pohon Bersenandung

RUKAYAH terjaga dari tidur. Ini malam keempat ia mendengar suara perempuan bersenandung dari arah pohon sawo di depan rumah. Ia turun dari ranjang, lalu berjalan berjingkat mendekati jendela kamar. Ia menyingkap sedikit tirai jendela dan megintip ke luar. Malam gulita dan ia tak melihat satu sosok pun di sekitar pohon tinggi dan rindang itu. Suara senandung itu pun tiada terdengar lagi.

Puisi Iswadi Bahardur

Riwayat Surga Pada taman ingatankau menghukum takdirsejak Dia mengusir ular dari surga Tapi busur panahku kunfayakuntiada lelah kuraut dengan pisau lidahmutirakatku pohon ketabahandalam perjalanan musafir mencari kitab damai Menggenggam nasibTuhan memperjalankan abadku di terik gurun pasirkuseru kau kuseru persuaan Hawa, datanglah tapi jangan bersama ularmereka mengotori sebilah tulang rusukkutitip  pada kelahiran takdirmu Mari genapkanlah jalan inikubawakan kerinduan dalam pesan-Nya“Sesungguhnya Aku mengetahui […]

Pemilihan Lurah

KEMARIN sore, Badik menerima sebuah pesan singkat dari Ripai: Badik, segera ke rumah! PENTING. Ini kali kedua Badik mendapatkan pesan singkat dari pamannya itu. Dua tahun lalu—Badik masih mengingatnya dengan terang, pesan yang hampir serupa mampir di gawainya: Badik, segera ke penjara! PENTING. Dari balik jeruji yang memisahkan tahanan dengan pengunjung, Ripai menemui Badik dengan alis yang menyatu dan tangan […]

Lelaki yang Takut Bibir

LELAKI paruh baya itu masih tergolek lemah. Wajahnya pucat. Sorot matanya hampa. Terlihat cekung. Tulang-tulang rahangnya seperti menyembul. Pipinya kempis. Sebagian rambutnya telah beruban. Sisanya terlihat hitam, tetapi kusut. Tak lagi tersisir rapi seperti dulu. Selang kecil menembus pembuluh darah di lengan kirinya. Tetes demi tetes cairan infus mengalir masuk ke tubuhnya melewati selang kecil itu. Tetesan-tetesan kecil itu yang memasok energi untuk mempertahankan hidupnya.

Kesusastraan dan Lingkungan: Sebuah Refleksi

Dalam catatan editor World Literature Today edisi musim panas 2019, Daniel Simon menuliskan bahwa persoalan perubahan iklim telah berada di tengah-tengah panggung global. Kerusakan kolosal pada lingkungan, lanjutnya, telah menggerakkan para penulis untuk berakselerasi menciptakan dunia baru agar penyebab manusiawi dari kerusakan itu dapat ditekan.

Puisi Royyan Julian

KEMATIAN TRUNAJAYA Ia tak tahuSitihinggil menunggunyadengan netra nyalang Ia hanya gemarmenengok masa silamyang mengekalkan kesedihan Di mahligai itufirasat menjeritdan nasib berganti kulit Tetapi maut tak pernahberdiri telanjang di hadapannya Ia cuma melihatbendera berkibar di atas sotohdan genderang jatuhdi kaki musuh Pada janji yang ditegakkanpucuk balabar menghunus azamdan 2 Januari yang marunberderai dari punggungnyayang berliang Di angkasa yang masygulpekik empat puluh […]