Puisi Faris Al Faisal
betapa indah kenyataan,
yang diciptakan oleh waktu
mengubah pikiran dan merasa,
setiap hal telah mengubah banyak hal
betapa indah kenyataan,
yang diciptakan oleh waktu
mengubah pikiran dan merasa,
setiap hal telah mengubah banyak hal
Sebelum seseorang itu pergi,
ia sempatkan untuk menjemur
beberapa lembar pakaian
yang telah ia cuci.
Digantungnya satu per-satu
di suatu tempat
di sini, ladang menawarkan harapan
dengan daun dan biji kacang
angin mencari batas sunyi
Tidak ada jawab untuk itu, juga tidak ada tanya
bandingan. Semua mulai sadar dengan ritme
jalan yang ngorok bersamaku menantimu.
Padang, 2022
di ruangan ini kata-kata menolak menjadi kalimat dalam kepala
tiap abjad tidak mengenal satu sama lain hingga gugup dan terbata-bata.
aku tidak ingin selalu buta huruf
agar dapat melihat seluruh catatan-catatan peristiwa yang kau punya
sebab, aku cuma dapat mengingat-ingat dan sering gagal memaknai kata.
KITAB KEJADIAN Seribu tahun itu hanya sehari dari bumi ke kaki Arasyimelalui kepak sayap diberkati. Di sana, tak ada tata surya memberi tanda waktu dan cahaya. Alam semesta semula hanyalah asap nebula, dibuat hanya enam hari kerja dalam waktu bukan manusia. Tak ada cacat dari hamparan bumi hingga atap langit berhias bintang-bintang. Semua dengan keseimbangan. Itu hanya dilakukan satu Tuhan […]
sedalam-dalam tubuhku lebih dalam dukamu.
kami menggigil di dasarnya seperti kisah yang
belum berakhir. terpenggal beberapa episode.
menggumpal di mata yang menggugurkan duka.
Ia & sepatu menukar dendam pada jalan metropolis.
punggung pohon di wajah ibu jadi headline koran,
menukar nasib dan harga diri. Setelah maut hingar,
ia & sepatu membenci angkutan umum setelah
Ia tak membawa bekal apa-apa selain teriakan kerinduan yang terus menyembur dari bagian paling sunyi dalam dirinya.
padi kuning. sawah-sawah ompong.
tumpukan jerami. ayam-ayam sarapan pagi.
orang-orangan sawah bermain api. mengepulkan asap ke langit.