Mengulik Jiwa Peradaban

Senyum Tuhan dan Hati Ibu

Sejak kali pertama membaca judul, ada dua hal menarik yang memantik rasa untuk menelisik. Hal yang pertama adalah frasa ‘senyum Tuhan’ dan yang kedua adalah frasa ‘hati Ibu’. Tuhan adalah ungkapan untuk membahasakan kelemahan manusia, sebuah hal yang tak dapat dijangkau oleh mata dan telinga. Namun Dian Ardianto justru dengan berani menyebutkan bahwa Tuhan bisa tersenyum.

Dukun Tiban

Kami juga tak pernah tahu sejak kapan Mbah Cipto datang dan bermukim di kampung kami. Yang kami tahu, Mbah Cipto membeli separoh tanah milik Carik Keni, salah satu warga kampung terkaya. Di tanah yang luas itu, Mbah Cipto membangun rumahnya yang megah dengan model limasan.

Aktivisme Abinaya yang Lantang dan Berani

Pertama-tama, saya perlu menghindari penyebutan “penulis cilik” atau “penulis berusia 12 tahun” atau istilah-istilah semacamnya untuk Abinaya Ghina Jamela atau yang biasa disapa Naya. Ini perlu saya tekankan untuk menghindari bias ageisme dalam penilaian saya—dan semoga juga pembaca lain—terhadap karyanya, terutama buku berjudul ‘Kucing, Lelaki Tua, dan Penulis yang Keliru’ (Gorga, 2021) yang saya ulas dalam tulisan ini.

Amerika Latin dan Para Raksasa yang Tak Henti Digosipkan

Buku di tangan pembaca ini memuat enam belas esai matang seputar kesusastraaan, politik, dan sosio-budaya Amerika Latin. Dalam kata pengantarnya, Ronny Agustinus dengan rendah hati menyebut buku ini—di mana sebelumnya merupakan tulisan-tulisan yang pernah terpublikasi sebagai bahan ajar kuliah, konten web, dan konten blog pribadi—sebagai wadah coretan-coretan dia tentang salah satu minat utamanya.

Dhor!

Ruang tamu kuwi katon sepi. Lampu plenthon sing tumemplek blandar isih murub, ketang ora patiya padhang. Sajak setya ngancani wong lanang sing lagi turu nglipus ing kursi dawa. Ing meja sacedhake ana glathi gumlethak sing isih keleledan getih seger.