Puisi Joko Rabsodi

Setali gelisah yang kau pukat pada buku catatan bertongkat diam
rindu cukup tua beserta sebundel catatan kaki yang kita pukas ikut renta tertata
buku harian semesti diasingkan malah bersekutu erat kedua buah bibirmu
kesepakatan meluhurkan birahi retas sebelum tanduk ijab disilakan
di muka penghulu

Puisi Faris Al Faisal

Kausiapkan cangkir-cangkir keramik, menuang laut/
mencipta samudra warna yang hangat, menceritakan
perjalanan hiu, daun teh, & melati, lalu menghadirkan
telenovela di meja – kau memberitahuku jam tayang
& waktu yang banyak, menyingkirkan telepon genggam

Puisi Jamaludin GmSas

Pada bulan kesembilan itu, aku kembali
masuk dan merasakan sunyi rahim ibu.
Serupa menonton tayangan ulang,
peristiwa 9 bulan bersama doa bapak-ibu
dulu kini terlihat lagi di gelap mata sunyi.
Tak ada yang tahu, bahwa kegelapan masih ada
dan cahaya tetap menjadi milik rahasia

Puisi J Akit Lampacak

Sunyi Di Kota Gulang  _Osip Mandelistam Setelah sunyi di hari pertama mengapungDi Sebria tampak waktuMenunggu kelahiran baru. Mungkin ombak terjebak dalam kekecewaanDengan keberhasilan kerangHinggap di karang. Sedepa kemudian, sebelum kau mabukDi suatu kepalsuan bernada ringkih, seperti merahAnggur menampih ilusi seamis darah. Padahal semalamMimpi buruk turun ke teras rumahMenemui tamu, melayaninya seramah rindu. Selalu dendam yang kau puja,Meski di langitBintang cuma […]