Perempuan di Teras Rumah
Kesunyian lantas menjadi jeda kami berdua. Bahkan ketika perempuan itu pamit pulang, aku sama sekali tak menanggapinya. Kubiarkan saja perempuan itu meninggalkan rumahku dengan tetesan air mata.
Kesunyian lantas menjadi jeda kami berdua. Bahkan ketika perempuan itu pamit pulang, aku sama sekali tak menanggapinya. Kubiarkan saja perempuan itu meninggalkan rumahku dengan tetesan air mata.
Kami menyambutmu
di pesisir Bangkalan sebagai sunan
yang membawa Nur Muhammad
dari lidah Adityawarman.
Pada mulanya, adalah membaca. Penegasan itu disematkan selintas oleh penulis lewat dua paragraf blurb di halaman belakang buku. Kegiatan membaca terpahami sebagai jeda sekaligus arahan hidup. Sekian buku dan peristiwa usai dibaca oleh penulis dalam kurun waktu tertentu dan upaya mengekalkan interaksi tersebut terikat dalam sepilihan esai dan resensi yang ada di dalam buku ini. Esai dan resensi itu berbicara tentang hal-hal personal, baik terhadap isu-isu terkini yang bersinggungan langsung dengan penulisnya, maupun bacaan-bacaan yang dikonsumsi. Dari sehimpun esai dan resensi esai itu, satu judul pun dipilih menjadi judul buku, yaitu “Jorge Luis Borges, Realisme Magis, dan Filsafat.” Pertanyaannya, apakah pemilihan judul ini tepat dan dapat menggambarkan isi keseluruhan dari buku ini?
Oetimu, Melus, dan Renceng Mose. Tiga kata itulah yang menyulut kuriositas saya untuk mencari gambar utuh tentang hikayat tanah di Nusa Tenggara Timur. Lalu, semesta menggerakkan saya hingga tiba dan berbincang dengan Perempuan Tana Humba.
Sunare baskara saka brang wetan
Angete mrambat sajroning sukma
Ngaras saranduning sarira
Kang lagi tapa brata golek pangupa jiwa
Tangga kiwa-tengene padha kresah-kresuh. Sing dirembug ora liya ngenani swara tangis sing wis pirang-pirang bengi tansah keprungu. Asale saka papan sing ajeg, omahe Mbah Sun.
Kedatangan petugas itu hanya karena kesalahpahaman saja, sebenarnya Ki Subali tidak menetang pelebaran jalan itu asal dilebarkan ke bagian selatan,
Beberapa waktu lalu, NHK World Japan, sebuah layanan internasional dari organisasi media publik di Jepang, melansir video tentang barang-barang hilang milik penumpang kereta bawah tanah di Tokyo. Setiap harinya ada 2000 barang hilang yang dikumpulkan dari 179 stasiun. Ada ruangan khusus untuk menyimpan barang-barang tersebut dan diperlakukan sedemikian hati-hati. Kita tidak akan tahu betapa berartinya barang-barang yang tertinggal itu, ucap salah seorang petugas.
siang bolong. baunya seperti kota roma yang sengaja dibakar kaisar nero. membuat rute. membuat pantheon. membuat jalan yang dilalui para stoik. separuh langit runtuh. membuat lubang sedalam 3 kaki. menghidupkan biola mati di gendang telinga diogenes. membuat tanda tanya di dalam kepalamu. membuat sebuah waktu yang selalu terlihat terburu-buru–diam, kemudian duduk manis di antara tatap mataku & pipi merahmu.
William Liddle pernah menyebut Goenawan Mohamad (GM) sebagai Shakespeare-nya Indonesia. Pujangga abad XVI itu punya peran monumental bagi perkembangan bahasa Inggris. Lewat karyanya, bahasa yang mendunia itu menjadi matang, mampu mengantarkan perasaan dan pikiran manusia dengan presisi makna yang tinggi, sekaligus indah. Bagi Liddle, peran itu juga diemban GM dalam konteks bahasa Indonesia.