Mengulik Jiwa Peradaban

Pengalaman, Puisi, dan Sejumlah Bacaan

Pada mulanya, adalah membaca. Penegasan itu disematkan selintas oleh penulis lewat dua paragraf blurb di halaman belakang buku. Kegiatan membaca terpahami sebagai jeda sekaligus arahan hidup. Sekian buku dan peristiwa usai dibaca oleh penulis dalam kurun waktu tertentu dan upaya mengekalkan interaksi tersebut terikat dalam sepilihan esai dan resensi yang ada di dalam buku ini. Esai dan resensi itu berbicara tentang hal-hal personal, baik terhadap isu-isu terkini yang bersinggungan langsung dengan penulisnya, maupun bacaan-bacaan yang dikonsumsi. Dari sehimpun esai dan resensi esai itu, satu judul pun dipilih menjadi judul buku, yaitu “Jorge Luis Borges, Realisme Magis, dan Filsafat.” Pertanyaannya, apakah pemilihan judul ini tepat dan dapat menggambarkan isi keseluruhan dari buku ini?

Tradisi Omotenashi dan Anak Panah yang Meleset dari Sasaran

Beberapa waktu lalu, NHK World Japan, sebuah layanan internasional dari organisasi media publik di Jepang, melansir video tentang barang-barang hilang milik penumpang kereta bawah tanah di Tokyo. Setiap harinya ada 2000 barang hilang yang dikumpulkan dari 179 stasiun. Ada ruangan khusus untuk menyimpan barang-barang tersebut dan diperlakukan sedemikian hati-hati. Kita tidak akan tahu betapa berartinya barang-barang yang tertinggal itu, ucap salah seorang petugas.

Puisi Mochammad Aldy Maulana Adha

siang bolong. baunya seperti kota roma yang sengaja dibakar kaisar nero. membuat rute. membuat pantheon. membuat jalan yang dilalui para stoik. separuh langit runtuh. membuat lubang sedalam 3 kaki. menghidupkan biola mati di gendang telinga diogenes. membuat tanda tanya di dalam kepalamu. membuat sebuah waktu yang selalu terlihat terburu-buru–diam, kemudian duduk manis di antara tatap mataku & pipi merahmu.

Sejarah, Digerakkan yang Turah

William Liddle pernah menyebut Goenawan Mohamad (GM) sebagai Shakespeare-nya Indonesia. Pujangga abad XVI itu punya peran monumental bagi perkembangan bahasa Inggris. Lewat karyanya, bahasa yang mendunia itu menjadi matang, mampu mengantarkan perasaan dan pikiran manusia dengan presisi makna yang tinggi, sekaligus indah. Bagi Liddle, peran itu juga diemban GM dalam konteks bahasa Indonesia.